4th Days (January 15, 2016)
06.00
Letak Surya Pesona Hotel sangat strategis, posisinya yang langsung menghadap ke
pantai Pangandaran, membuatnya selalu ramai dikunjungi wisatawan yang datang ke
daerah ini. Dari semalam hingga pagi hari, hujan terus mengguyur menurunkan
temperatur yang cukup panas kemarin malam.
|
Surya Pesona Hotel - Pangandaran |
Sambil
menunggu sarapan pagi siap di restoran, aku berjalan-jalan menuju pantai yang
jaraknya hanya berjarak 100m didepan hotel, panjang dan luas pantai Pangandaran
ini tak jauh beda dengan pantai Kuta –Bali, yang membedakannya adalah Ombak
Pantai Kuta lebih tinggi dibandingkan dengan
pantai Pangandaran.
|
Suasana pantai Pangandaran di pagi hari |
Suasana
pantai masih sepi sekali, beberapa café
yang berada di bibir pantai masih tutup. hanya nampak satu-dua perahu nelayan yang baru datang dari
tengah lautan membawa hasil tangkapan mereka semalaman. Menyusuri pantai cukup
membuatku berkeringat.. lumayan olahraga pagi.
|
Suasana Cafe pinggir pantai yang masih sepi |
|
Perahu nelayan yang baru pulang berlayar |
|
Memandangi luasnya pantai... |
Kembali
ke hotel, ternyata sebagian mahasiswa telah rapih dan siap menikmati sarapan
pagi, restoran yang berada di lantai 2 menyajikan menu sederhana seperti biasa;
nasi goreng, telor dan tomat/mentimun ditambah hidangan Bubur ayam lengkap.
Pukul
08.30, bus siap melanjutkan perjalanan ke Pantai Batu Karas dan Green Canyon
yang letaknya di pantai barat dari Pangandaran. Sebelumnya kami menyempatkan
untuk singgah sebentar di pantai barat yang semalam menjadi tempat makan malam
kami, untuk membeli oleh-oleh khas Pangandaran berupa berbagai jenis ikan asin,
tapi yang paling dinikmati adalah ikan asin Jambal Roti, yang harganya cukup
majhal Rp 100rb/kg.
|
Berbagai jenis ikan asin yang ditawarkan sebagai oleh-oleh khas Pangandaran |
|
Ikan, Udang, dan Kepiting goreng kering sebagai camilan |
Perjalanan
menuju pantai Batu Karas cukup ditempuh 1jam dari kota Pangandaran, Pantai ini
menjadi pilihan para surfer yang datang dari luar negeri, karena ombaknya yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pantai Pangandaran. Saat kami tiba nampak
beberapa surfer asing sedang beristirahat di café-café sekitar pantai. Terlihat
juga beberapa keluarga wisatawan lokal yang datang bersama keluarga, sekaligus
makan siang bersama. Hari ini adalah
hari Jum’at, sehingga bagi semua mahasiswa yang beragama Islam, diminta untuk
sholat Jum’at berjamaah..sedang untuk para mahasiswi dipersilakan menikmati
keindahan pantai.
|
Pintu gerbang pantai Batu Karas |
|
Bersama keluarga menikmati keindahan pantai Batu Karas |
|
Anak-anak yang bermain di Pantai Batu Karas |
Selesai
sholat Jum’at, waktu sudah menunjukkan pukul 12.30, kami bergerak menuju salah
satu restoran yang berada dipingir pantai untuk bersantap siang. Menunya tak
jauh beda dengan menu kami semalam, Cumi goreng tepung, Ikan laut bakar plus
Cah kangkung…tetap nikmattttt
|
Toko-toko souvenir yang juga menjual pakaian pantai |
|
Warung makan disekitar Pantai Batu Karas |
|
Menu makan siang...yummy |
|
Lasizzz..yang tertinggal hanya tulang belulang |
Selasai
makan siang, kegiatan terakhir kami adalah mengunjungi objek wisata yang sangat
terkenal di daerah ini, bahkan hingga ke mancanegara, yakni Cukang Taneuh
sebutan kerennya “Green Canyon”.
|
Dermaga Ciseureuh |
Kalau
di Amerika memiliki Grand Canyon,
yang terdiri dari gugusan ngarai dengan lereng-lereng karang karang berwarna
kuning, di utara negara bagian Arizona. maka di Pangandaran memiliki Green
Canyon. Masyarakat setempat menyebutnya Cukang Taneuh, yang berarti jembatan tanah, sebab diatas
lembah dan jurang ini terdapat jembatan terbuat
dari tanah yang digunakan oleh para petani setempat untuk menuju kebun mereka.
Sejak tahun 1993 seorang warga Perancis mempopulerkannya dengan sebutan Green
Canyon
Objek wisata ini
sebenarnya merupakan aliran dari sungai Cijulang yang melintas menembus gua
yang penuh dengan keindahan pesona stalaktif dan stalakmitnya. Selain itu
daerah ini juga diapit oleh dua bukit, juga dengan banyaknya bebatuan dan rerimbunan
pepohonan. Semuanya itu membentuk seperti suatu lukisan alam yang begitu unik
dan begitu menantang untuk dijelajahi.
Untuk mencapai lokasi ini kami berangkat dari dermaga Ciseureuh. Kemudian melanjutkan perjalanan dengan menggunakan perahu tempel atau
kayuh yang banyak tersedia di sana. Jarak antara dermaga dengan lokasi Green
Canyon sekitar 3km, yang bisa ditempuh dalam waktu 30-45 menit. Sepanjang
perjalanan kita akan melewati sungai dengan air berwarna hijau tosca. Mungkin
dari sinilah nama Green Canyon berasal.
Begitu terlihat jeram
dengan alur yang sempit yang sulit dilewati oleh perahu berarti sudah sampai di
mulut Green Canyon, di mana airnya sangat jernih berwarna kebiru-biruan. Di
sinilah awal petualangan menjelajah keindahan objek wisata ini dimulai. Dari
sini wisatawan dapat melanjutkan perjalanan ke atas dengan berenang atau
merayap di tepi batu. Disediakan ban dan pelampung bagi yang memilih untuk
berenang. Meski harus menempuh cara seperti ini, perjalanan dijamin sepenuhnya
aman. Bahkan untuk anak-anak 6 tahun ke atas cukup aman untuk menyusuri aliran
sungai dengan menggunakan ban dan dipandu oleh pemilik perahu yang disewa.
|
Stalaktif di Green Canyon |
Perjalanan akan terus
berada dalam cekungan dinding terjal di kanan kiri aliran sungai.
Dinding-dinding untuk menyajikan keindahan tersendiri, yang paling unik
berbentuk menyerupai sebuah gua yang atapnya sudah runtuh. Selain itu di bagian
atas beberapa kali pengunjung akan melewati stalaktit-stalaktit yang masih
dialiri tetesan air tanah. Setelah beberapa ratus meter berenang, akan terlihat
beberapa air terjun kecil di bagian kiri kanan yang begitu menawan. Jika
diteruskan berenang maka pengunjung akan sampai pada ujung jalan, di mana
terdapat gua yang dihuni oleh banyak kelelawar.
Namun
sayang, saat kami tiba disana khabar tak baik diberikan oleh pak Cecep yang
mendapatkan informasi kalau diatas bukit baru terjadi hujan lebat, yang
menyebabkan arus sungai sangat deras, bisa dilihat dari air yang berubah
menjadi coklat susu, padahal biasanya berwarna biru jernih kehijauan…
Untuk
menghibur hati, kami tetap menuju muara sungai, paling tidak bisa melihat
secara langsung karang bebatuan yang menghiasi dinding “Green Canyon”. Terlihat jelas bahwa arus air sangat deras….sangat
berbahaya jika berenang.
|
Bersampan menuju pintu Green canyon |
|
Air Green Canyon yang biasanya hijau ke biru-biruan berubah menjadi coklat susu |
Pukul 16.00 Tak lebih dari 1 jam kami berada di muara sungai
tersebut, kembali ke dermaga untuk
segera melanjutkan perjalanan pulang ke ke Jakarta.
|
Keindahan ngarai Green Canyon |
|
Derasnya arus sungai |
Perjalanan Pangandaran-Jakarta cukup melelahkan, menempuh waktu 9 jam, hingga
tiba di Kampus STP Sahid pondok Cabe tengah malam (02.00 pagi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar