Tugas
perjalanan yang diberikan KEMENPAR
(Kementrian Pariwisata) ke Timur Indonesia kali ini lebih jauh lagi, yakni ke
Provinsi Maluku Utara, kota Ternate tepatnya. Selepas Isya, aku diantar istriku
menuju terminal Bus DAMRI Barangnangsiang – Bogor. Pukul 21.00, bus terakhir
siap berangkat menuju Bandara Soekarno Hatta, tak banyak penumpang dalam bus
terakhir ini, sepanjang jalan hujan gerimis
dan semakin lebat saat tiba di bandara pukul 23.00. Sebagian besar
penumpang sudah turun di terminal I, tinggal aku dan seorang penumpang yang
masih melanjutkan ke terminal II, tepatnya 2E, dimana penerbangan Garuda untuk Domestik. Setelah check in, masih ada waktu sekitar 2
jam sebelum boarding, masih sempat untuk mampir ke KFC yang berada di depan
terminal 2E, paket Ayam+Nasi dan sebotol Aqua kecil menganjal perut untuk
sementara. Masuk kembali ke terminal, langsung menuju ke Gate F4, belum dibuka
untuk penerbangan ke Ternate, jadi masih harus menunggu dulu di luar. Sambil
menunggu kusempatkan untuk membaca beberapa materi pelatihan yang akan
kusampaikan di Ternante nanti.
Tak
lama, ruang tunggu F4 dibuka, diluar hujan semakin menggila, sambil menunggu
kuhabiskan sandwich buatan istriku. Jam
01.00, penumpang dipersilakan menuju pesawat yang berada di terminal 3 dengan
menaiki bus. Duduk di seat 31H ruang
kaki lebih luas, karena berada di samping jendela darurat. Awalnya kupikir tak terlalu banyak penumpang,
tapi ternyata hampir 90% terisi, sepertinya jadwal penerbangan ke Ternate di
malam hari menjadi pavorit bagi warga Ternate yang ingin pulang kampung, karena
tidak terjebak macet di jalanan Jakarta menuju Bandara, selain itu sampai di
Ternate jam 07.30, waktu yang cocok untuk businessman yang ada urusan singkat
di Jakarta maupun di Ternate.
Perjalanan
selama 4 jam ini, lebih banyak dihabiskan dengan mendengarkan musik dan tidur,
sempat terbangun saat pramugari menawarkan sahur berupa pasta sederhana. Walau selama 30 menit pertama hujan deras dan
sedikit gocangan, secara umum perjalanan cukup nyaman.
Damri
Bogor-CGK 50K
KFC 39K
Pulsa
Telp 50K
Sabtu,18
Juni 2016
Sinar
matahari bersinar terang diluar sana, cukup menyilaukan, tapi pemandangan indah
pulau-pulau di bawahnya terlihat jelas. Pesawat mendarat dengan mulus di
Bandara Sultan Babullah Ternate pukul 7.20. Gunung Tidore dan pulau Maitara
sudah nampak di seberang pulau.
Seperti
yang sudah diinformasikan oleh ibu Tika dari Kemenpar, kalau di bandara akan
dijemput oleh panitia setempat, yang juga akan menjemput pembicara lainnya,
bapak Daniel seorang Instruktur Selam. Di pintu keluar bandara, sudah kulihat
seseorang yang membawa papan nama, didampingi seorang yang berpenampakan Indo,
ternyata dia adalah pak Daniel (yang memiliki ibu berkebangsaan Jerman).
Setelah berkenalan kami menuju mobil jemputan, sebuah kijang innova hitam yang
membawa kami ke Hotel Muara, hanya butuh ±20 menit, kami sudah tiba di Hotel
yang menurutku yang terbesar dan tertinggi di kota Ternate ini.
Aku
mendapatkan kamar di 610 dengan pemandangan Gunung Gamalama, berhadapan dengan
kamar pak Daniel di 609, lantai paling atas di hotel ini, dan bersebelahan
dengan Hall tempat diadakannya pelatihan Kemenpar ini. Setelah menempatkan tas
dan cuci muka di kamar, aku sempatkan untuk melihat situasi di Hall, ternyata
acara pembukaan Pelatihan akan segera dimulai, para peserta yang jumlahnya
mencapai 200 orang dan berasal dari berbagai kalangan sudah datang, beberapa
diantara mereka ternyata adalah anggota TNI/Polri dan beberapa mahasiswa UNHAIR
Ternate.
Ibu
Flora sebagai ketua panitia dari kemenpar meminta seluruh pembicara juga hadir
dalam acara pembukaan yang akan dibuka oleh kepala Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Maluku Utara, Bpk Anwar Husein, namun sampai jam 09.00,
beliau belum juga hadir, akhirnya acara pembukaan molor hingga jam 10.00 stelah
bapak Kepala Dinas Hadir, biasalah birokrat negeri ini…
Selesai
acara pembukaan secara resmi pelatihan,
aku langsung turun ke lobby hotel di lt 3 menanyakan cara untuk mengunjungi
objek-objek wisata yang ada di Ternate. Mereka menyarankan aku untuk mencari
tukang ojek yang bisa mengantar keseluruh tempat-tempat tersebut, apalagi pulau
Ternate ini kecil, bisa dikelilingi cukup
1,5-2 jam saja. Dengan tangga aku
menuju ke lantai dasar, ternyata lantai 1-3 di hotel Muara ini merangkap
sebagai Muara Shopping Centre.
Didepan
hotel sudah banyak tukang ojek yang
menunggu, di Ternate walaupun kotanya kecil ternyata ojek siap mengantar
kita 24 jam keseluruh penjuru pulau ini, karena tingkat kriminalitas disini
rendah sekali, belum lagi kebiasaan orang Ternate yang suka makan diluar dan
jalan-jalan hingga dinihari.
Pak
Arman, tukang ojek yang bersedia mengantarku berkeliling Pulau Ternate untuk
mengunjungi seluruh objek wisata yang ada. Selama 4 jam, ia menjanjikan akan
dapat mengunjungi semua tempat yang ada…Perjalanan dimulai menuju kearah timur,
melewati Kedaton Sultan Ternate, tapi masih terkunci, sehingga kami langsung
menuju ke Benteng Tolukko, yang memiliki bentuk yang unik (kalau dilihat dari
atas, benteng ini memiliki bentuk seperti alat kelamin pria).
Benteng
Tolucco atau amasyarakat setempat menyebutnya Toluko, adalah salah satu
peninggalan Portugis, yang dibangun oleh Fransiscus Serao pada tahun 1540, dan
dipugar kembali tahun 1864 oleh residen P Van der Crab (Belanda). Dari Benteng
ini kita dapata melihat Pulau Halmahera, Tidore dan Maitara. Dulu Benteng ini
digunakan untuk mengawasi kegiatan sultan ternate dan lalu lintas perdagangan
di perairan Ternate. Masuk ke benteng Toluko sebenarnya gratis, cukup memberi
donasi seikhlasnya kepada petugas yang menjaga kebersihannya.
Perjalanan
dilanjutkan dengan menyusuri jalan dipinggir pantai, air laut yang jernih
nampak dari kejauhan, belum lagi pemandangan gunung Tidore dan pulau Maitara
menjadi icon photogenic. Perjalanan dilanjutkan lebih ke utara untuk
melihat Kawasan Wisata Batu Angus. Kawasan wisata yang terdiri dari magma yang
membeku, menghasilkan batu-batu hitam seperti gosong terbakar (angus), menurut
pak Arman, batu-batu ini banyak diambil masyarakat setempat untuk dijadikan
bahan bangunan, tapi sekarang sudah dilarang. Disini aku bertemu dengan
sekumpulan anak-anak SMP yang sedang beristirahat menikmati keindahan alam
Ternate. Masuk ke kawasan ini Gratis…
Dalam
perjalanan, aku melihat gedung BMKG yang cukup besar, Provinsi Maluku Utara cukup
sering ditimpa bencana gempa, karena itu keberadaan BMKG cukup penting untuk
memonitor dan mengawasi dampak bencana termasuk kemungkinan Tsunami.
Pantai
Sumadaha, yang terkenal dengan kejernihan airnya menjadi tujuan berikutnya…saat
pertama kali memasuki kawasan pantai aku agak kecewa, karena pantainya terlihat
kotor dan tak terawat, belum lagi pasirnya berwarna hitam. Dipinggirannya
berdiri beberapa pondok yang disewakan 50K kepada para pengunjung. Ternyata aku
salah…pantai Sulamadaha ini memiliki
lubuk yang berada sekitar 500m, berjalan kaki masuk ke dalam menyusuri pantai
berbatu, dari sini nampak jelas pulau Maitara, diujung lubuk baru aku temukan
tempat yang sering digunakan pengunjung untuk mandi air laut menikmati
kejernihan air pantai Sulamadaha..jernih seperti kaca. Sayang dibeberapa tempat
vandalisme pengunjung masih terlihat
dengan banyaknya corat-coret dibeberapa tempat umum.
Selesai
menikmati pemandangan air laut yang jernih, pak Arman minta dibelikan rokok,
mampirlah kami ke sebuah toko untuk membeli rokok dan air minum, yang
mengejutkan walaupun tokonya berada di desa dan sederhana, namun tanyangan
televise yang mereka gunakan adalah TV Kabel..luar biasa
Selain
pantai Sulamadaha, masyarakat Ternate kini sedang gemar mengunjungi pantai Jalolo
lain yang selain memiliki air yang
jenih, juga mempunyai pemandangan koral yang indah, pantai ini agak jauh masuk
ke dalam, jalannyapun masih berupa batu koral yang belum diaspal dan turunan
yang curam untuk sampai ke bibir pantainya. Dipantai ini kita tidak perlu menyelam
untuk melihat karang-karang yang dihiasi
dengan koral-koral yang indah, dan ikan-ikan kecil warna-warni, seperti dalam
aquarium..
Puas
menikmati koral dan para teman-teman nemo…
perjalanan dilanjutkan ke Danau Tolire,
sebuah danau yang belum ada orang yang tahu berapa kedalamannya… Danau yang selalu
berwarna hijau dan berada di kaki gunung Gamalama ini, memiliki tebing yang
tinggi disemua sisinya, karenanya sangat jarang ada yang berani mencapai
pinggir danau ini, belum lagi berbagai mitos mistis dan cerita adanya buaya
siluman yang beredar dikalangan masyarakat menambah keangkeran danau ini. Pengunjung yang datang
ditawari untuk melemparkan batu ke dasar danau, bagi mereka yang melempar batu
hingga sampai ke permukaan sungai maka
bernasib baik, karena banyak yang tidak sampai ke permukaan air danau.
Sebenarnya yang menyebakan batu tidak sampai ke permukaan danau adalah jarak
yang cukup jauh dari tempat melempar hingga ke bawah, ditambah tiupan angin yang selalu membuat arah batu
jatuh dipepohonan dipinggir danau. Dari 5 batu yang aku coba lempar, 2 batu
masih bisa jatuh ke permukaan air danau, sedang sisanya selalu jatuh ke
pinggiran danau…
Dalam
perjalanan kami sempat mampir ke kolam renang yang berada tepat dipinggir
pantai, namanya Bobane Ici, tapi karena bulan puasa, tempat ini terlihat
lengang alias kosong. Pak Arman menujukkan sebuah Dam air kecil yang diberi
nama Ake SIBU/Ake Rica, yang dulu
dijadikan tempat pertama kali Belanda mendarat di Ternate.
Sepintas
kami melewati reruntuhan Benteng Gamlamo (Santo Paolo Notrs Senora de Rosario)
namun tertihat tak terurus..Pak Arman menjelaskan kalau ada sebuah objek wisata
yang dulunya milik umum namun sekarang telah berpindah tangan menjadi milik
priadi, yakni Danau Ngade…ulah para koruptor.
Tak
jauh dari didepan pintu masuk kawasan wisata Danau Ngade, aku bisa melihat panorama alam yang selama ini
digambarkan dalam pecahan uang rupiah 1000, dimana Pulau Maitara dengan Gunung
Tidore menjadi latarnya.
Disebelah
Selatan kota Ternate, tepatnya di jalan
Kalimata, kelurahan Bastiong, terdapat Benteng
Kalamata yang dibangun tahun 1540 oleh Antonio
Pigatveta dari Portugis sebagai benteng pertahanan dalama rangka perluasan
daerah kekuasaan portugis di pulau Ternate. Namun tahun 1575, Spanyol menduduki
benteng tersebut dan digunakan sebagai pos perdagangan. Dari
benteng ini kita dapat melihat jelas Pulau Tidore yang berada di seberang dan
pelabuhan ferry antar pulau yang berada tidak jauh dari benteng ini.
Sebelum
kembali ke Hotel, aku minta pak Arman, untuk kembali mampir ke Kedaton Sultan, siapa tahu sudah
dibuka, ternyata pagarnya sudah dibuka, tapi sayang bangunannya masih terkunci
rapat… tapi tak apa, yang penting hari ini hampir seluruh objek wisata di
Ternate sudah aku kunjungi. Perjalanan
embali ke hotel aku minta pak Arman melewati kawasan Pantai Swearing yang
terkenal sebagai tempat konkow masyarakat
kota Ternate, pantai yang langsung menghadap ke pulau Tidore ini, banyak
terdapat warung-warung makanan khas Ternate, yang buka hingga dini hari…beberapa
mall besar juga terdapat dikawasan ini, seperti Hypermart, Smart Mart dan
Jatiland Mall. Serta pasar tradisional terbesar di Kota Ternate Pasar Higienis dan diujungnya terdapat
masjid terbesar di kota Ternate, namanya masjid Al Munawwar
Oh
iya, tadi setelah kami mengunjungi Benteng Kalamata, pak Arman menawarkan untuk
mengunjungi Pulau Tidore, besok dengan menaiki perahu kayu, agar bisa membawa
motor ojeknya berkeliling pulau tersebut. Aku menyetujuinya, agar lengkap
cerita perjalananku untuk berkujung ke Ternate dan Tidore.
Donasi
ke Penjaga Benteng Taduloko 10K
Air
Mineral + Rokok Ojek 20K
Beli
Pudding 5K
Beli
Batu di Danau 5K
Bensin 10K
Nasi
Kuning+Guhi+Ubi 35K
Kue
Manis 5K
Ojek 100K
Tidak ada komentar:
Posting Komentar