2ndDays (January 13, 2016)
Suara
nyanyian burung sudah terdengar diluar, tanda hari sudah fajar. Tanda waktu
menunjukkan pukul 05.30, sudah hampir kesiangan untuk sholat Subuh, selesai
sholat aku berjalan keluar kamar, semalam aku dan pak Cecep (Dosen Guiding
sekaligus Tour Leader kegiatan ini) menginap di kamar kedua yang berada di
rumah utama Bosscha.. kesempatan yang jarang diberikan kepada pengunjung lainnya.
Tampak depan Rumah K.A.R Bosscha |
Ruangan
tamu dimana kami menikmati hidangan rebusan dan minuman bandrek semalam, ternyata
sangat luas dan antik, berbagai furniture
yang ada di ruangan tersebut masih asli yang berasal dari abad ke-19, di
zaman Hindia Belanda. Rumah ini dibangun pada tahun 1896 oleh Karel Albert Rudolf Bosscha, namanya sangat terkenal di daerah Priangan,
selain salah seorang pengusaha kaya pemilik perkebunan teh Malabar yang terluas,
ia juga salah seorang peneliti yang sangat aktif mengembangkan ilmu pengetahuan
astronomi di zamannya, Peninggalannya
yang masih banyak digunakan sampai kini adalah teropong Bintang Bosscha
(Bosscha Observatory)[1]
yang berada dikawasan Lembang Bandung (15 km barat daya kota Bandung).
Beberapa Furniture Rumah K.A.R Bosscha yang masih asli |
Kini
rumah Bosscha menjadi salah satu penginapan Agrowisata yang dikelolah oleh PT
Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII Unit Malabar. Rumah yang besar ini hanya
memiliki dua kamar, yang salah satunya aku tempati semalam, sedang untuk tamu lainnya telah dibangun beberapa bungalow yang terletak di halaman belakang
rumah utama dengan pemandangan bukit teh Malabar.
Beberapa bungalow yang berada dirumah utama Bosscha |
Suasana
penginapan ini begitu tenang dan asri, didepannya terdapat lapangan luas yang
menjadi tempat berbagai aktifitas para tamu yang menginap disini, seperti yang
aku lihat pagi ini, beberapa mahasiswa dari salah satu universitas di Korea
yang telah menginap sejak beberapa hari yang lalu, melakukan kegiatan senam
pagi ala Korea, kebetulan sebelumnya aku sempat berbincang dengan dosen
pembimbing mereka Prof. Choi yang mengajakku untuk bergabung bersama mereka…
Selesai senam bersama, kusempatkan untuk melihat suasana sekitar penginapan, banyak sekali anak-anak SD yang berangkat sekolah dengan berjalan kaki didepan rumah
penginapan Bosscha. Ternyata dibelakang rumah penginapan terdapat perumahan
para karyawan perkebunan teh Malabar, dan sebuah SMP Negeri….
Anak-anak setempat yang sedang berangkat sekolah |
Pukul
07.30 Sarapan pagi dengan menu nasi goreng, telur goreng serta timun dan tomat
sudah tersedia. Kepulan asap dari nasi yang baru digoreng dan bau bawang goreng
membuat perut langsung minta diisi..
08.30 semua mahasiswa telah selesai berkemas
dan siap untuk melanjutkan perjalanan hari kedua dari West Java Overland. Tujuan
pertama pagi ini adalah meninjau pabrik Teh Malabar yang jaraknya hanya
berkisar 5 km dari tempat kami menginap. Sepanjang perjalanan yang nampak hanyalah
hijaunya pepohonan teh, nampak seperti permadani hijau…
Hamparan hijaunya perkebunan teh Malabar |
Memasuki
Pabrik pengolahan Teh Orthodoks Kebun Malabar (nama Orthodoks diberikan karena
proses di pabrik ini masih menggunakan sistem lama). Bangunan yang usianya
sudah ratusan tahun ini, nampak tak terlalu terawat dengan baik, cat dinding maupun atapnya sudah nampak kusam dan berlumut…
Di dinding
ruangan sebelum masuk ke pabrik, photo-photo sejarah kebun teh Malabar saat zaman
Hindia Belanda ditampilkan. Kami juga ditemani oleh salah seorang mandor
sekaligus guide kami selama berada di pabrik. Beliau yang menjelaskan sejarah
serta proses pengolahan teh mulai dari pemetikan daun teh di kebun hingga
pengiriman ke konsumen.
Kantor Pekebunan Teh Malabar |
Penjelasan sebelum masuk ke pabrik |
Proses pelayuan daun teh |
Proses pengilingan daun teh menjadi serbuk teh |
Memasuki
Pabrik, tercium khas bau daun teh yang sedang prose pelayuan dan digiling,
hingga siap untuk dikemas. Selesai berkeliling pabrik kami diajak untuk masuk
kedalam ruangan tester, ruangan yang menjadi pusat penyeleksian kualitas dari teh
(quality tester) yang dihasilkan pabrik ini. Di dalam ruangan ini kami
ditunjukkan cara mencicipi seduhan air teh dari berbagai jenis daun teh, dari
yang paling jelek hingga yang paling baik, begitu pula dengan harganya..
Teh
yang paling baik kualitasnya adalah White tea, yang harganya bisa
mencapai Rp 12 juta/kg, yang paling banyak di export ke Jepang… Teh Jenis ini
sangat memperhatikan kualitas daun tehnya, berasal dari pucuk daun teh pilihan
yang masih kuncup dan diambil sebelum matahari bersinar. Sebelum meninggalkan
Pabrik Teh, kami masih berkesempatan untuk membeli beberapa jenis teh berorama
yang dijual di Tea Corner, didepan pabrik teh Malabar.
Proses "Tea Tester" |
Contoh "White Tea" |
Contoh daun teh kualitas 2 |
Pukul
11.30 perjalanan dilanjutkan menuju Situ (Danau Buatan) Cilenca, untuk
mengikuti kegiatan rafting/arung jeram di sungai Palayangan. Setibanya di situ
Cilenca, kami langsung disambut oleh para crew dari elhaqi adventure[2]
sebagai provider kegiatan rafting. Pembagian kelompok dan penjelasan singkat
tentang kegiatan rafting dilakukan sebelum kami berangkat menuju sungai
Palayangan, yang berada diujung situ dengan kendaraan angakutan desa. Rafting yang kami ikuti cukup
menantang, karena sungai Palayangan berstatus grade III+ dengan panjang ±4,
5KM, dalam keadaan normal bisa ditempuh selama ± 2 jam.
Sungguh
menyenangkan dan menegangkan, memacu adrenalin sejak dari awal
hingga akhir rafting, beberapa kali terdapat jeram yang dalam dan terjal, namun
dengan dukungan perlengkapan dan crew yang berpengalaman, semuanya berjalan
aman dan lancar. Hutan Pinus dan kebun-kebun sayur menjadi pemandangan
sepanjang sungai yang berakhir di tengah perkebunan teh Malabar.
14.00,
hujan deras kembali turun saat kami selesai rafting, perjalanan kembali ke Situ
Cilenca, melalui jalan berliku dan menanjak ditengah perkebunan teh, menjadi
hiburan tambahan setelah puas rafting. Selepas mandi dan berganti pakaian, kami
menikmati makan siang di salah satu warung nasi yang disediakan oleh pihak
provider rafting, udara dingin menambah nikmatnya makan siang kami…Perut
kenyang, dan letih setelah bermain rafting, membuat selama perjalanan kami
menuju Cipanas-Garut, terlelap pulas..
20.00
malam, kami tiba di daerah Cipanas-Garut yang terkenal akan sumber air panasnya
(hot spring water), tempat kami menginap malam kedua ini adalah Hotel Cipaganti 2, ditiap kamarnya
dilengkapi dengan kolam rendam air panas yang mengalir selama 24 jam, cocok
untuk menghilangkan letih selama perjalanan hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar