3rd
Days (January 14, 2016)
Pukul
03.00, aku terbangun karena alarm hanphone berbunyi, baru sadar aku kalau
semalam tertidur pulas hingga lupa untuk sholat Isya…Selesai sholat Isya dilanjutkan
sholat Tahajud, sulit untuk tidur kembali, langsung aku ke kolam berendam air
panas yang berada di kamar mandi, pelan-pelan aku masukkan bagian tubuh mulai
dari kaki, lutut, pinggul, hingga badan, agar panasnya tak mengagetkan tubuh.
Aku hanya bertahan 10 menit.. tak kuat berendam terus, walaupun katanya baik
bagi kesehatan, tapi aku tak mau resiko kulitku melepuh menjadi albino… ha..ha..ha
|
Suasana hotel Cipaganti 3 Cipanas-Garut |
|
Tiap kamar memiliki kolam rendam sendiri |
|
Fasiltas kamar sederhana |
Selesai
berendam, ternyata rasa kantuk datang kembali…tertelap sebentar hingga azan
subuh berkumandang, selesai sholat subuh, aku berjalan keluar kamar untuk
berkeliling sekitar hotel. Langit pagi
ini nampak jernih hingga Gunung Guntur yang berada didepan hotel nampak
terlihat sempurna, Gunung inilah yang menghasilkan air panas sepanjang masa
didaerah ini. Di kabupaten Garut memang banyak ditemukan sumber mata air panas
amupun uap panas bumi, bahkan sebuah Pembangkit Listri Panas Bumi (Geothermal) terbesar
di Indonesia besar yakni PLPB Kamojang berada
di kabupaten ini.
|
Penampakan hotel lain yang berada di Cipanas-Garut |
|
Panorama alam dan keindahan bungalow yang dimiliki Banyu Alam Resort |
|
Kolam ikan di Hotel Cipaganti 3, berlatar Gunung Guntur |
Pukul
08.00, semua mahasiswa telah bersiap untuk melanjutkan perjalanan siang ini,
yakni mengunjungi pusat industry kulit yang terkenal dari Garut. sempat mampir
sebentar di pusat oleh-oleh untuk membeli jajanan khas Garut, apalagi kalau
bukan Dodol dan Krupuk kulit yang terkenal itu.
|
Inilah bus wisata yang kami gunakan selama perjalanan West Java Overland |
Tiba
di Jl A Yani kota Garut yang menjadi sentra perdagangan hasil kerajinan kulit
para UMKM se Garut, yang menampilkan banyak macam, mulai dari jaket, topi, tas,
dompet, dll. Sempat aku menanyakan harga beberapa jaket yang modelnya cukup
menarik… wow harganya masih sangat mahal untuk kantongku, paling murah berkisar
Rp 1 – 1,5 juta/pcs..Hanya sebentar kami disini, perjalanan panjang masih
menanti yakni ke Kampung Naga yang berada sekitar 26 km dari kota Garut.
|
Butik-butik yang menawarkan berbagai kerajinan berbahan kulit di kota Garut |
Pukul
11.00, setelah perjalanan yang berliku dan naik turun, walaupun dengan
pemandangan alam yang menarik disisi kanan-kiri jalan, tetap saja membuata
beberapa mahasiswa mabuk, bahkan beberapa ada yang sempat muntah…Kami tiba di Desa
Adat - Kampung Naga, Kabupaten Tasikmalaya, ternyata posisinya berada di lembah yang
berjarak ±500m dari pintu masuk, yang berada tepat ditepi sungai Ciwulan.
Desa
kecil yang total luas nya hanya 1.5 Ha ini, telah menjadi ikon desa Adat yang masih
memegang teguh wawasan lingkungan, sehingga beberapa kali pemangku adatnya
menerima penghargaan akan kepedulian terhadap lingkungan. Banyak hal yang dapat
dipelajari dari pola hidup masyarakat kampung Naga ini yakni cara hidup
berdampingan dengan alam yang baik.
|
Berpose depan pintu gerbang, area Kampung Naga |
|
Menyusuri tangga menuju kampung Naga |
|
Kampung Naga yang berada di lembah |
Dikampung
ini semua rumah berpentuk panggung, dengan bahan bambu dan kayu, sedang atapnya
terbuat dari Ijuk atau alang-alang, sedang lantainya terbuat dari bamboo,tidak
mengenal cat, kecuali kapur atau dimeni dan harus menghadap ke Utara atau ke
sebelah selatan dengan memanjang dari barat ke timur.
Selesai
berkeliling Kampung Naga, perjuangan yang melelahkan adalah menaiki 430 anak tangga
keatas, tempat bus kami terparkir…
|
Bentuk rumah Kampung Naga yang terbuat dari bambu, kayu dan Ijuk |
|
Mendengarkan penjelasan guide lokal |
|
Dapur sederhana warga Kampung Naga |
|
Berpoto dengan guide lokal di halaman masjid Kampung Naga |
|
Bertani adalah pekerjaan utama penduduk Kampung Naga |
|
Mengatur napas, untuk mendaki anak tangga keatas |
Pukul
12.30 perut lapar dan keringat selepas mengunjungi kampung Naga, menambah nafsu
makan siang kami saat tiba di rumah makan Asep Stroberi yang menyajikan Nasi
liwet lengkap dengan hidangan lauk-pauk seperti empal, ikan asin, tahu temped
an lapapan khas Sunda… laziss
|
Nampak depan RM. Asep Stoberi |
|
Nampak Belakang RM. Asep Stroberi |
|
Nasi liwet....lazisss |
14.00
perjalanan berlanjut ke pesisir selatan provinsi Jawa Barat, yakni ke pantai
Pangandaran yang terkenal akan keindahan alam serta pantai putihnya. Perjalanan
menuju ke sana cukup terhibur dengan berbagai tingkah laku mahasiswa yang
beryanyi, menari dan berjoget ria dalam bus, layaknya diskotik berjalan…hingga
perjalanan yang berliku tak terasa. Selepas magrib kami tiba di pantai selatan
Pangandaran, tepatnya didekat pelelangan ikan, dengan tujuan untuk menikmati
makan malam berupa sajian hidangan laut (seafood) segar. Yang menarik adalah banyak rusa-rusa liar yang
berkeliaran disekitar pasar ikan, rusa-rusa ini berasal dari Cagar Alam
Pangandaran yang menjadi habitat
beberapa hewan langka lainnya. Ada pula beberapa “odong-odong”, yang bentuknya
menarik, seperti mobil VW.
|
Odong-odong unik |
|
Ikan segar, menu makan malam kami |
Hidangan Ikan laut segar, cumi tepung dan tumis kangkung nikmat sekali
rasanya… hingga berpeluh, selesai dengan makan malam kami langsung menuju Surya Pesona Beach Hotel, yang menjadi tempat
kami bermalam di Pangandaran
|
Tidurrrrrrrrrr....... |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar