Université Libre de Bruxelles (ULB) |
Cerita
bersambung ini adalah pengalaman selama perjalanan 4 hari dari
Angers(FR)-Paris(FR)-Bruxelles(BE)-Rotterdam (NL) dalam rangka mengikuti
seminar International di Universite Libre de Bruxelles, kesempatan dua
hari digunakan untuk mengunjungi kota Bruxelles dan Rotterdam
Bruxelles, Rabu 23 Mei 2012 Pagi ini, seperti yang telah kami (aku dan Sylvine) sepakati semalam, bahwa kami akan langsung check out dari hotel setelah sarapan pagi (08.00) untuk langsung menuju Université Libre de Bruxelles (ULB), dengan menggunakan transportasi umum, Metro dan Bus, ± 30 menit kami sudah sampai di kampus utama ULB yang letaknya berada di Tenggara kota Brussel. ULB adalah salah satu universitas negeri ternama dan tertua di Belgia. ULB, Universitas yang berdiri sejak 1843 dengan 11 fakultas, dengan 21.000 mahasiswa tiap tahunnya. Mencari tempat seminar cukup sulit karena ternyata gedung Campus du Solbosch, posisinya terletak dibelakang kampus dengan bangunan yang cukup besar dengan desain modern (gedung dengan warna hijau dan dinding yang terbuat dari kaca) ini menjadi tempat bertemu nya seluruh peneliti dari universitas-universitas ternama di dunia.
Sesuai dengan schedule acara
dimulai jam 09.00, bayangan bahwa kegiatan ini akan se-formal di Indonesia,
ternyata sangat jauh berbeda. Pertemuan (collogue) ini sangat sederhana sekali
seperti layaknya rapat/diskusi biasa, hanya bedanya dilakukan dalam kelas
auditorium dengan suasana akademis sekali, tak ada ceremonial-ceremonial,
seperti di Indonesia, mereka sangat efektif dan efisien, sesuai dengan
tujuannya untuk menghasilkan teori-teori baru berdasarkan hasil penelitian terkini dari tiap-tiap peneliti.
Pada hari ke 3 dari Seminar International ini,
kami mendapatkan giliran ke 2 untuk mempresentasikan makalah yang berjudul
Experience Touristiques et loisirs
sportifs sur les littoraux en Indonésie: des vecteur de mutation du rapport au
corps?. Presentasi dalam bentuk power point yang sudah disiapkan ternyata
tak mungkin untuk ditampilkan, karena waktu yang diberikan oleh panitia hanya
10menit untuk tiap pembicara (dan sangat ketat) karena ada 10 tema yang akan
dipresentasikan oleh para peneliti di hari ini.
Saat maju kedepan
mempresentasikan riset kami, Sylvine mengambil porsi yang lebih banyak, karena
presentasi dilakukan dalam bahasa Perancis. Selesai 4 presentasi, dilanjutkan
dengan sesi tanya-jawab, ada 3 penanya yang tertarik akan pengaruh pariwisata
pantai di Indonesia.
Saat coffee break, aku sempat
berkenalan dengan beberapa Professor dan P.hD, salah satunya adalah Mm Anne-Claire Kurzac Souli berasal dari
Columbia, luar biasanya ia mampu berbahasa 4 bahasa (Spanyol, Inggris, Perancis
dan Belanda). Jam 13.00 acara selesai dengan resume yang diberikan oleh M. Vincent
Coeffe (salah seorang pengajar dari ESTHUA) dilanjutkan dengan makan siang. Ini
adalah pengalaman mengikuti seminar International dengan para akademisi seluruh
dunia ke 2 bagiku. Viola!!!!
Setelah menikmati sepotong sandwich boguet dan beberapa potong sweet cake untuk dessert, saat makan siang, aku menyempatkan diri untuk berkeliling kampus ULB. Salah satu yang menarik perhatianku adalah gedung rektorat yang berasiktektur renaissance.
Kusempatkan mengambil beberapa photo, apalagi hari ini cuaca sangat cerah dengan suhu ± 29 ͦ C, terlihat puluhan mahasiswa/i menikmati sinar matahari dihalaman rumput depan gedung rektorat.
Dikiri kanan ULB terdapat banyak rumah-rumah besar dan mewah yang
menjadi kantor-kantor kedutaan beberapa negara seperti: Jepang, Inggris,
Somali, Saudia Arabia, namun tak nampak bendera merah-putih (Kedutaan
Indonesia). Setelah cukup lama berkeliling sekaligus mencari tahu alamat KBRI,
akhirnya aku bertemu dengan beberapa orang Philipine yang memberitahu bahwa
KBRI berada didaerah Woluwe, salah
satu daerah elite lainnya dikota Bruxelles.
Jam 13.30 aku kembali ke ULB, bertemu dengan Sylvine, kami memutuskan
tak menunggu hingga semua acara selesai, karena Sylvine harus kembali ke Angers
dengan menggunakan kereta TGV sore, sedang aku akan melanjutkan perjalanan ke
Rotterdam dengan bus Eurolines.
Jadwal bus masih cukup lama (18.00) jadi kuputuskan untuk mampir dulu ke KBRI, guna bertemu bang Mo Z Rasyid Thalib, (tempatku menginap selama di Belgia) agar saat aku kembali dari Rotterdam nanti, tak kesulitan mencarinya. Saat menaiki tram no.7 dengan tujuan Montgomery, tak sengaja aku bertemu dengan seseorang yang sedang menelpon dalam bahasa ‘’Indonesia’’.
Bak kata pepatah pucuk dicinta ulam pun tiba, ya.. ternyata beliau adalah Pak Andi, yang istrinya bertugas di KBRI sebagai atase perindustrian. Dengan senang hati ia mengantarkanku ke KBRI. Sepanjang perjalanan kami bertukar cerita dan pengalaman, banyak hal kuperoleh dari beliau yang ternyata cukup aktif dalam bidang sosial, apalagi dengan pengalamannya di dunia penerbitan (pernah bekerja lama di MIZAN), bahkan beliau adalah pencetus KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya), serial yang selama ini menjadi favorit Aulia (anakku).
Keahliannya dalam mengambar, membuat lulusan ITB ini berkeliling Indonesia dan sempat mengisi beberapa acara mengambar anak-anak di televisi, belum lagi hobby bersepedanya membuat pembicaraan kami makin panjang & lebar. Beliau berpamitan setelah mempertemukan aku bang Mo Z Rasyid Thalib.
Setelah sholat zuhur aku berpamitan untuk menuju Rotterdam melalui Gare du
Noord Bruxelles, dimana Eurolines bus
berangkat.
Saat di Gare du noord, nampak bus-bus besar berwarna putih dengan tujuan kota-kota besar di eropa berjejer. Setelah check in aku menaiki bus no 20 dengan tujuan utama Amsterdam via Antwerp dan Rotterdam. Sepanjang jalan kuperhatikan berpuluh-puluh bahkan ratusan orang bersepeda sebagai moda transportasi mereka, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa bahkan orang tua, dengan berbagai latar belakang (nampak dari pakaian mereka) pekerja, mahasiswa/pelajar, termasuk businessman. Bersepeda telah menjadi bagian dari budaya mereka.
Jam 20.00 aku tiba di depan Central station Rotterdam, mbak Erni dan Johan sudah menunggu
dan menjemputku, ya selama di Rotterdam akau akan tinggal dirumah mereka di
daerah Pijnacker yang
berada antara Roterdam dan Den Haag. Jam 21.00 kami tiba diperumahan yang
bernuansa khas Belanda, lengkap dengan sepeda di tiap rumahnya. Rumah yang nampak
mungil dari luar, namun saat berada didalamnya terasa luas sekali, apalagi mbak
Erni termasuk orang yang apik dalam menata rumah. Aku juga berkenalan dengan Danilla,
putri semata wayang hasil perkawinannya dengan Johan. Perpaduan antara
Indonesia-Belanda, membuat Danilla nampak lebih cantik.
Mbak Erni ternyata telah mempersiapkan makan malam dengan menu
special; Rendang, Sayur lodeh Krupuk/emping, plus Lontong, hmmmm nikmatnya!!!
Setelah selesai makan, akupun dipersilakan beristirahat dikamar tamu yang telah
dipersiapkan.
Kediaman Mba Erni |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar