Minggu, 05 Februari 2012

Nyasar ke Utara Perancis



anggita-cinditya.blogspot.com
Selasa, 23 September 2011, jam 12.30 setelah hampir 18 jam perjalanan yang melelahkan, dan perasaan “Jet leg”, akhirnya saya menginjakkan kaki di negeri eropa, di Negara yang katanya menjadi ikon/kiblatnya pariwisata dunia…inilah dia Negara Perancis. Negara yang identik dengan wine, keju, Parfum, makanan yang lezat serta berbagai peninggalan kuno seperti 1001 kastil, maupun gereja-geraja dan bangunan kuno lainnya.

Begitu selesai semua urusan di Bandara Charles de Gaule, urusanku saat ini adalah mencari tiket kereta yang langsung ke Angers. Astaga hampir semua petunjuk dalam bahasa Perancis, Untungnya petunjuk arah SNCF (Société Nationale des Chemins de fer français; "National Corporation of French Railways") terpampang besar dan jelas, sehingga dengan mudah aku menemukan station kereta di Terminal 2D Charles de Gaule. Masuk ke loket SNCF dengan bahasa perancis yang terbata-bata (bermodal bahasa perancis yang didapat selama 3 bulan di CCF jakarta) kupaksakan untuk mencari tahu  akhirnya tiket  TGV (French: Train à Grande Vitesse, Kereta Cepat) jam 15.45 ke ANGERS aku dapatkan tapi aku harus transit di LE MANS.
en.wikipedia.org
Aku diarahkan untuk turun lagi ke voie (jalur) 4, terus terang aku ngak terlalu paham petunjuk yang dijelaskan oleh petugas SNCF. Apalagi ia berbicara cepat sekali. Di Voie 4 sepi sekali orang…..beberapa saat datang TGV, Agak aneh memang, aku langsung menghampiri orang-orang yang akan naik ke TGV tersebut, karena bahasaku “dablek” trus kutanya pakai bahasa Inggris sekenanya “Is it go to Le Mans?” mereka (antara ngerti ngak ngerti) menjawab “Oui…” Langsung kuangkat 2 tas ku yang “segede gaban” ke TGV. Begitu diatas TGV  aku feellingku merasa ada yang salah….ternyata benar, begitu kulihat monitor diatas… Tujuannya bukan ke Le Mans atau NANTES….tetapi ke LILLE- STRASBORG (Berarti aku ke Utara Prancis…Bukan ke Barat/Nantes) oh lala…
Tiba di PARIS NORD jam 18.00,  kembali aku harus berlari ke counter tiket karena menurut Sebastian ada TGV yang langsung ke ANGERS jam 18.45, kupikir aku masih punya waktu 45 menit untuk beristirahat sambil menunggu TGV ke ANGERS, Ternyata perkiraanku salah, TGV yang kupikir berangkat langsung dari PARIS NORD ternyata ada di MONTPARNASEE, yang jaraknya cukup lumayan, Petugas tiket menyarankanku untuk mengambil TGV yang jam 20.00, karena khawatir aku tak bisa mengejar TGV jam 18.45,  namun karena aku sudah janji dengan Wina/Cedric bahwa aku akan tiba pukul 20.30, kupaksakan untuk berangkat juga, ku kejar subway di line 4 yang menuju MONTPARNASEE ya ampun !! ternyata ada 10 gare (station) subway yang harus kulewati untuk bisa sampai ke MONTPARNASEE sedang waktuku tinggal 20 menit, berkali-kali kulihat arah panah jam tanganku,  jam 18.30 aku sampai di MONTPARNASEE, kuikuti tanda arah ke station SCNF, mak…jauhnya, dengan 2 tas besar yang harus terus ku geret….kasihan roda tas besar ku karena kupaksa berlari, belum lagi ada 3 eskalator yang harus kunaiki, ohh.. tanganku gemetar tak kuat untuk mengangkat beratnya tasku, tapi kupaksakan agar aku dapat mengejar TGV 18.45 ke Angers. Di lantai 2 MONTPARNASEE gare ku lihat papan petunjuk arah, ternyata TGV yang ke NANTES via ANGER ST-LAUD di Voie 3….Cepatttt waktuku tinggal 2 menit lagi. Hupp tepat 1 menit aku sudah didepan TGV, langsung kunaikkan tas besarku ke Voiture (peron) terdepan. Alhamdulliah…..Kuseka keringat jagung yang mengucur dari kening dan leherku…. 
Montparnasee
Jam 20.30 tepat…. Matahari sudah lama menghilang….jet leg, lapar, ngantuk bercampur jadi satu…Akhirnya tiba di  ANGER ST-LAUD, sambil menunggu Cendric, kusempatkan menelpon Mme (Madam/ Ibu) MC. BONNEAU (Co-Encadrant S-3 ku). Dia menyarankan  untuk segera menuju ke A la Cite Universitaire di Belle-beille…wah dimana itu. Untunglah tak berapa lama Cedric datang, dia menerima permintaanku untuk melihat terlebih dulu asramaku, setibanya di Belle-beille, kaget juga aku melihat kamar kecil berukuran 9m² yang akan menjadi tempat tinggalku selama 3 tahun…..terutama WC sekaligus shower yang berukuran 1/2m² (jadi mandi hanya bisa berdiri). Hampir mirip dengan kabinku saat di kapal pesiar 7 tahun yang lalu…. Kuterima tawaran cedric untuk menginap terlebih dulu 1-2 hari di Appartementnya.

Objek Wisata di Angers
Hari pertama dan kedua, aku masih tinggal di appartement Cedric/Wina, sambil beradaptasi dan melihat-lihat-kota Angers, sebuah kota kecil yang menjadi ibu kota Maine et Loire terletak 300km barat daya Paris. dengan penduduk sebanyak ± 157.000, dan sebanyak 283.000 hidup di perkotaan. Penduduk local dikenal dengan sebutan “Angervin”[1]
Kota ini sangat terkenal sebagai penghasil buah-buahan seperti Apel dan juga Pear, selain itu juga sebagai penghasil bunga potong segar. Ada banyak objek wisata yang dapat dikunjungi di sekitar kota ini seperti;

Chateau d’Angers
Chateau yang sebenarnya sudah berdiri sejak orang romawi mendiami daerah ini, karena letakknya yang strategis, Namun sejak  Philip II menaklukkan daerah ini maka dibangunlah chateau besar di bagian awal abad ke-13 oleh cucunya, Louis IX ("Saint Louis").
Chateau d'Angers
Chateau dAngers terlihat  sangat kokoh dan megah, dengan luas 600 m (2.000 kaki), yang dikelilingi oleh tembok besar  dan 17 menara besar yang masing-masing tingginya 40m namun kemudiandipotong untuk penggunaan artileri, Tour du Moulin satu-satunya menara dilestarikan ketinggian aslinya, dinding chateau meliputi 6,17 hektar (25.000 )[2]. Dua pasang menara disisi pintu masuk utama.

Dari depan chateau kita dapat melihat dengan leluasa melihat bagian seberang sungai “La Maine” termasuk bangunan-bangunan menarik seperti le Quai Forum des Art Vivants, Eglise de la Trinite, Hingga Musee Jean Lurcatet. Dan tentunya Pont de Verdum jembatan utama yang memisahkan dua bagian kota ini.

Katedral St.Maurice
Katedral yang berada ditengah kota Angers dan hanya berjarak beberapa ratus meter dari Chateau d’Angers, Gereja ini dibangun atas prakarsa pendeta Normand de Doué  dan Guillaume de Beaumont, di tahun 1032.
Cathedral St.Maurice
Gereja dengan arsitektur gothique ini sangat mudah dikenali dari dua menaranya yang tinggi (90,47m)[3]menjulang, mungkin menjadi bangunan tertinggi di kota Angers. Dan jauh ke bawah kita akan melihat ‘’esplanade du port Ligny’’ sebuah taman air mancur yang indah berada dipinggir sungai la Maine.

Maison d'Adam
Maison d'Adam
Tepat di belakang katedral  kita bisa menjumpai The House of Adam, juga dikenal sebagai rumah dari Adam dan Hawa dan Pohon Kehidupan, adalah sebuah rumah setengah kayu, yang berada persimpangan dari jalan Montault Place Sainte-Croix di jantung kota Angers, Bangunan ini adalah kesaksian dari warisan arsitektur abad pertengahan masih ada saat ini, sejak dibangun sekitar tahun 1500.[4] Kita juga dapat menemui beberapa bagunan serupa di Rue de l'Oisellerie.

Place Raillemment
Place Raillement
La Place du Ralliement adalah sebuah tempat menjadi titik pertemuan (meeting point) bagi hampir seluruh masyarakat Angers sehari-hari, sebuah lapangan besar yang berlantai semen dan tepat didepannya berdiri megah Gedung Grand Theathre, yang juga sering menjadi galerie d’exposition, Masih disekeliling La place du Ralleiment, kita bisa menjumpai pertokoan terkenal dan terbesar di Angers yaitu galleries Lafayette, serta beberapa perokoan lainnya seperti: Tati, Nature et Découvertes, Bata, Fnac Eveil & Jeux, Eram, dan juga beberapa cafés dan restaurants

Kota Tanpa Macet dan tanpa mengenal ‘’Jam Karet’’
Beda jauh dengan Jakarta, yang tiap hari harus stress menghadapi kemacetan, dan polusi dari asap knalpot kendaraan umum yang ugal-ugalan.
Dikota ini, lalu lintas sangat teratur dan kendaraan sangat minim sekali mengeluarkan limbah timbal yang berat, Selain itu orang lebih suka menggunakan transportasi umum, mulai dari bus dan tram yang sangat nyaman dan terintegrasi, perusahaan Irigo yang merupakan anak perusahaan  keolis, menjadi satu-satunya  pengelola transportasi di kota ini sangat mengutamakan keamanan dan kenyamanan penguna jasanya.
Bersepeda

Semua moda transportasi ini sangat terintegrasi, dan jadwal kedatangan dan keberangkatannya terlihat di setiap halte bus/tram dan sangat ‘’on time’’. Kalaupun meleset paling lama 2menit !!! tidak seperti di Indonesia yang bisa meleset >1jam
Ada 13 jalur bus yang melayani lalu lintas di dalam kota, dan 12 jalur yang menghubungkan dengan daerah pingiran kota Angers, bus dan tram beroperasi mulai dari subuh hingga tengah malam[5].Tiket sekali jalan harganya 1,40E, yang berlaku untuk 1,5 jam,  namun jika anda menggunakan Karcis berlangganan anda cukup membayar 38E per bulan dan bisa sepuasnya menggunakan semua moda trasportasi tersebut.
Yang sangat patut ditiru adalah dukungan yang diberikan oleh pemerintah daerah kota Angers, untuk mengalakkan transportasi bebas polusi, yaitu bersepeda. Hal ini dapat terlihat dari fasilitas penyewaan sepeda yang ‘’Gratis’’ , Jadi jangan heran jika anda akan melihat banyak sekali orang yang menggunakan sepeda dijalanan, bukan itu saja, jalur khusus sepeda sangat teratur dan rapih sekali sepanjang jalan-jalan utama di kota Angers.

Parkir Sepeda depan kampus

Kota Mahasiswa dan Pelajar
Di kota Angers ada ±26.000 orang mahasiswa/i yang sebagian berasal  kota-kota diluar  Angers, mereka  belajar di dua universitas besar, yaitu;  Universitas Katolik, atau Université Catholique de L'Ouest (Universitas Katolik Barat, atau UCO) , dan Universite d”Angers, Selain itu juga memiliki beberapa sekolah menengah atas (lycées)[6].
 
Jadi jangan heran kalau hari jum’at sore and melihat begitu banyaknya mahasiswa yang berangkat ke kampus dengan membawa koper-koper besar, sehingga setelah selesai kuliah mereka akan segera menuju Stasiun kereta, untuk berlibur atau pulang ke kota-kota disekitarnya. Saya sempat menanyakan ke salah satu mahasiswa yang membawa tas besar saat kembali dari kota asalnya..”Tas nya besar sekali, kan liburnya hanya dua hari (Sabtu-Minggu)?” jawabannya sangat lumrah bagi anak-anak kost, “isi tas ini adalah pakaian kotor yang akan dicuci dirumah orang tua, dan kembali ke asrama sudah dengan pakaian bersih”

Pasar Loak a’la Perancis
Hobbyku mengenal suatu tempat yang baru, membuatku memiliki kegemaran keluar masuk pasar tradisional. Di Angers (± 300 km barat Perancis), pasar tradisional menjadi tempat yang menyenangkkan untuk menghabiskan hari liburan Sabtu dan Minggu. Apalagi kebersihan dan warna warni aneka barang jualan langsung menyergap mata dan mengundang rasa ingin tahu kita.  Inilah beberapa hasil kamera poketku tentang  suasana pasar yang letaknya berada dijantung kota Angers, Le grand marché du CENTRE-VILLE (place Leclerc , place Imbach)
Pasar ikan
Pasar-pasar disini sangat terorganisir dan dikelompokkan dalam katagori barang yang di tawarkan mulai dari kelompok sayur-mayur dan buah-buahan, kelompok pakaian dan textil, kelompok daging, dairy (susu, keju,youghurt) dan ikan termasuk juga seafood. Dan yang paling berkesan adalah kelompok barang bekas. Semua kios hanya beratapkan terpal biasa atau bahkan tanpa atap. Pasar tradisional yang saya kunjungi setiap hari Sabtu ini adalah pasar yang paling besar dari  pasar-pasar tradisional lainnya yang ada di Angers - Loire dept (setingkat kecamatan). Di sana, para pedagang cukup menggelar dan mempertontonkan dagangannya di lapangan besar Place Lecrec dan Place Imbach yang tepat berada di pusat Kota Angers..
Dipasar tradisional ini, Jangan berharap dapat membeli jajanan pasar atau gorengan,yang bisa makan sambil berbelanja layaknya di Pasar-pasar di Indonesia. Disini tidak mengenal junk food, kalau pun ada fast food yaitu kebab, sisanya hanya Banquette (roti pentung a’la Perancis) sandwich.
Selain semua bahan pangan, seperti biasa, pasar tradisional juga menjadi tempat berjualan benda-benda sandang, tetek bengek kesehatan tubuh dan kulit, dan tentu saja perangkat kecantikan.

Belanja buku-buku bekas


Dan yang paling menarik bagi saya adalah mengunjungi bagian pasar yang menawarkan barang-barang bekas, (jadi ingat pasar loak di Taman Puring –Jakarta) disini dijual berbagai macam barang, mulai dari buku bekas, peralatan dapur bekas, peralatan pertanian, pakaian, CD/DVD/Piringan Hitam, meja, kursi alat elektronik sampai dengan barang-barang antik… Jadi jangan kaget kalau disini barang bekas yang menjadi koleksi  bisa harganya beragam mulai dari 1 euros hingga 500euros


Oh ya, jangan marah jika menyaksikan gaya penjual Perancis yang galak dan cuek. Prinsip mereka “Take or leave it” Misalnya: saat, kita sedang asyik memilih dan menimang barang, ketika kita bertanya harga, tiba-tiba si penjual sibuk berbicara dengan temannya, kita akan di cuek-in, beda sekali dengan di pasar tradisional di Indonesia yang penjualnya kekeh, bahkan kadang-kadang dibubuhi bualan… saat menawarkan barang dagangannya. 

Minggu – Senin, Toko-toko Tutup!!
Minggu Tutup lho...
Agak aneh memang terdengar, tapi memang itulah yang terjadi, tiap hari Minggu sebagian besar  (bahkan hampir semua toko) diseluruh kota Angers, sangat berbeda dengan di Indonesia, dimana hari minggu adalah hari yang ditunggu oleh para pemilik toko, karena hari minggu biasanya jumlah pembeli semakin banyak. Begitupula dengan hari senin, hanya beberapa toko saja yang buka, tapi untungnya toko-toko yang menjual makanan hanya tutup hari Minggu saja.
Satu lagi jangan kaget kalau anda akan ditolak mengunjungi toko atau Bank, saat jam makan tiba (jam 12.00) anda akan diminta untuk menunggu sampai selesai waktu makan siang, jam 14.00 (lebih lama 1 jam disbanding di Indonesia).













[1] http://en.wikipedia.org/wiki/Angers
[2] http://en.wikipedia.org/wiki/Chateau_d’Angers
[3] http://fr.wikipedia.org/wiki/Cathedrale_Saint-Maurice_d’Angers
[4] http://fr.wikipedia.org/wiki/Maison_d’Adam
[5] http://fr.wikipedia.org/wiki/Angers

[6] http://en.wikipedia.org/wiki/Angers

Sabtu, 04 Februari 2012

Dilarang menggunakan parfum ketika makan

Sumber:  http://sunjayadi.com

Jika Anda penggemar komik Asterix pasti tahu kebiasaan makan-makan para tokohnya, terutama tokoh Obelix yang doyan makan. Kisah yang menggambarkan orang Gaul (Ghalia) – proto Prancis penentang Romawi itu menampilkan hidangan babi hutan panggang dan bir. Apakah memang benar demikian?

Dari dokumen-dokumen kuno diketahui bahwa pada masa itu memang makanan kegemaran orang Gaul adalah celeng guling. Celeng itu diisi bawang putih. Selain celeng mereka juga mengkonsumsi kelinci liar, ayam dan angsa yang juga dibakar.
Bila dibandingkan dengan makanan orang Romawi pada masa itu, makanan yang dikonsumsi orang Prancis lebih menyehatkan. Bayangkan saja, orang Romawi mempunyai kegemaran menikmati makanan-makanan yang genit dan aneh. Meminjam istilah yang digunakan oleh bangsa Barat terhadap Timur, makanan eksotis. Dari namanya saja, perut kita kemungkinan besar  menolak dan enggan menerimanya. Hidangan seperti Lidah burung bulbul, otak burung unta, tumit burung unta, belalai gajah, kepala kakaktua, bahkan ada hidangan berupa sidat yang digemukkan dengan daging dari tubuh budak-budak, tersaji di meja dan menjadi makanan yang digemari.
Kembali ke Prancis. Seiring dengan perkembangan kebudayaannya, orang Prancis rupanya ikut menjadi genit. Mereka tak puas dengan makanan sehat dan sederhana. Mereka merasa perlu memamerkan kemakmuran.  Terutama para orang kaya baru. Mereka pernah mengalami mode paste di mana pada satu nampan besar yang mirip tandu karena harus digotong oleh dua orang, disusunlah daging, ikan, unggas, sosis, hingga membentuk tumpukan yang tinggi.  Begitu tingginya tumpukan itu hingga mampu memuat satu orang. Biasanya seorang aktor disembunyikan di dalamnya. Lalu setelah nampan besar itu dihidangkan, ia akan muncul dari tumpukan makanan sambil meniup terompet atau menari-nari.
Pada masa Prancis masih terpecah-pecah, mereka suka menghidangkan merak bakar. Bukan karena rasanya yang lebih mak nyus atau gurih dibanding celeng tetapi lebih pada hiasan bulunya yang indah. Mengesankan sebagai penghias makanan.
Charlemagne
Pada masa Karel Martel (Charlemagne), kaum wanita diperbolehkan makan semeja.  Namun, ada satu syarat: mereka tidak boleh memakai parfum yang menyengat. Alasannya, ‘bau’ parfum menyengat bisa merusak selera makan.
Pada masa itu, piring, sendok dan garpu belum digunakan. Orang Prancis makan dengan roti pipih kering yang disebut toastees. Lauknya dimasukkan ke mulut menggunakan tangan atau pisau dari belanga-belanga yang disajikan di meja. Satu belanga untuk beberapa orang. Untuk membasuh tenggorokan, mereka menenggak anggur. Mereka sudah mengenal anggur dari orang orang Romawi. Sebelumnya mereka biasa minum cervoise, semacam bir kuno.
Seperti di negeri kita, jika kebanyakan minuman yang mengandung alkohol membuat darah menjadi ‘panas’. Demikian pula dengan mereka. Oleh karena kebanyakan anggur, mereka cepat naik darah terutama pada saat mengambil makanan. Tak jarang, jika ada yang merasa gilirannya terlewati, duel pun terjadi.  Maka, para pembawa nampan makanan diminta mengenakan kaus tangan untuk melindungi diri mereka dari pisau nyasar orang yang sedang ‘tinggi’ karena alkohol. Pisau yang sedianya untuk mencolek lauk jadi untuk ‘mencolek’ orang yang dianggap ‘musuh’.

Kehadiran wanita di meja makan pada periode Karel Martel di Prancis membawa perubahan besar. Khususnya pada etiket makan yang semakin ketat. Tidaklah sopan jika orang yang makan menyeka ingusnya dengan taplak meja atau menggosok telapak tangan penuh minyak pada anjing. Lantas bagaimana? Dengan serbetkah?

guideregimes.com
Orang-orang ‘sopan’ pada masa Karel Martel menyeka mulutnya dengan punggung tangan. Namun, kebiasaan tersebut dianggap kurang jantan dan terlalu kewanita-wanitaan. Lama-kelamaan kebiasaan tersebut barulah diterima.
Makan menggunakan garpu mulai muncul pada tahun 1600-an. Jangan salah, garpu tersebut pada awal kemunculannya lebih sering digunakan sebagai alat mencungkil sisa-sisa makanan yang terselip di sela-sela gigi. Seperti tusuk gigi dari bambu sekarang. Jadi bukan dipakai untuk memasukkan makanan ke dalam mulut. Bahkan, Louis ke-14 yang dijuluki Le Roi Soleil (si Raja Matahari) dan Louis le Grand(Louis yang agung) lebih suka makan tanpa alat. Di istana Versailles ia suka makan dengan tangan kosong alias dikobok. Meski diketahui setidaknya ia memiliki satu garpu.
Lain lagi dengan Perdana Menteri Louis ke-14, Pierre Sequier. Ia suka mencampur semua makanannya menjadi satu. Ia pun makan dengan tangan dan bolak-balik memasukkan jarinya ke mangkuk-mangkuk berisi saus di dekatnya. Hmm….lezat.
Setelah Karel Martel wafat, sopan santun di meja makan mengalami kemunduran. Prancis menghadapi bencana kelaparan,  sampar dan kemiskinan. Para petani terpaksa mencampur makanannya yang berupa tepung kasar dengan bahan-bahan yang dapat mengganjal perut. Bahan-bahan yang kerap dipakai adalah darah sapi, umbi-umbian dan bahkan tanah. Pokoknya asal perut kenyang. Dalam kurun tiga ratus tahun, karena kurangnya bahan pangan, menurut sejarawan, Prancis tak luput dari kanibalisme. Orang makan orang.
Usai badai kelaparan dan penyakit sampar, kanibalisme pun lenyap. Namun, bukan berarti para petani bisa makan enak . Perut petani tetap lapar dan tak pernah penuh diisi. Para petani bahkan makan ‘rumput-rumputan serta akar-akaran’, seperti kol, wortel dan lobak. Hingga abad ke-19 mereka hanya bisa makan daging seminggu sekali, yaitu pada Minggu siang. Senin sampai Sabtu mereka mengkonsumsi roti dengan keju yang disebut ‘daging orang miskin’.
Seni kuliner Prancis sebenarnya ditata pada akhir abad ke-14. Ketika itu Guillaume Tirel dipromosikan jadi koki kepala Raja Charles V. Tirel memang buta huruf tapi ia bisa mendiktekan resep-resep andalannya. Bukunya yang berjudul Le Viandier menjadi buku masak Prancis yang pertama.
Tirel yang mendapat julukan Taillevent (slicewind) memiliki cara unik pada masanya. Ia biasa merebus dulu daging sebelum dibakar. Ia pun mengentalkan saus dengan bubuk roti. Ia juga berani mencampur rasa asam dengan manis. Sepertinya masakan Prancis ala Taillevent itu menjadi lebih mirip masakan kita atau kari India. Alasannya, bahan bakunya dipotong kecil-kecil dan kaya bumbu. Namun, tetap saja terhidang angsa, merak, babi dan anak sapi yang dipanggang utuh.
Kaum bangsawan Prancis memang pemangsa daging sejati. Hampir tidak pernah disebut sayur-mayur dalam hidangan mereka. Alasannya adalah umbi-umbian hanya untuk golongan kere, para petani. Sedangkan mereka harus maju berperang sehingga membutuhkan banyak tenaga. Tidak mengherankan saat ini bila kita menghadapi jamuan hidangan Prancis  hanya menyajikan sayuranseuprit alias sedikit sekali. Tak lebih sekedar hiasan.

By:  http://sunjayadi.com

sumber: Rudolph Chelminski  ‘The French at Table’ (1985)
artikel ini dimuat di Kompasiana
http://wisata.kompasiana.com/kuliner/2011/01/14/dilarang-menggunakan-parfum-ketika-makan/-12

Rabu, 01 Februari 2012

Pengalaman Kuliah di Perancis (Asep Parantika): Stray into Northern France

Pengalaman Kuliah di Perancis (Asep Parantika): Stray into Northern France: Tuesday, September 23, 2011, at 12.30 after nearly 18 hours of an exhausting journey, and feeling "jet leg", finally.. I set my...

Stray into Northern France

 

Tuesday, September 23, 2011, at 12.30 after nearly 18 hours of an exhausting journey, and feeling "jet leg", finally.. I set my  foot on a country indentical with wine, cheese, perfume, delicious food and various ancient heritage such as the 1001 castle, and ancient church and other buildings……..France!!!

Once completed all thestuff in Charles de Gaulle Airport, I looked for a train ticket directly to Angers. Gosh… almost all instructions in French!!, Fortunately SNCF directions, are really big and clear, so  easily  to find the train station at Terminal 2D of Charles de Gaulle. Go to the counter SNCF with stuttered French (I learn only for 3 months French at CCF Jakarta). I encourage myself to find out eventually, I got a ticket TGV  to Angers at 15:45 but I have to transit at Le Mans.
TGV
I was directed to go down to  voie (line) 4, to be honest… I didn’t really understand the instructions described by SNCF officials. Moreover, she spoke very quickly. In Voie 4 very quiet person ... .. a few minutes  came the TGV, which was quite strange indeed, I went directly to the people who will rise to the TGV, because my French "bad" then I ask to use the English language blindly "Is it go to Le Mans? " they (probably they didn’t understand what I was saying) answered " Oui ... " Immediately I picked up my two suitcases to the TGV. Once aboard,  I felt something is wrong .... It is true, when I saw the monitor on top . That’s right!!! This train isn’t go to Le Mans or Nantes .... But  to Lille-STRASBORG (Means I'm into Northern France ... Not to the West / Nantes) oh lala ...
Cite U Belle-Beille
PARIS NORD arrived at 18:00 hours, I had to run back to the ticket counter because, according to Sebastian (the Controller on last TGV)  there was direct TGV to Angers at 18:45, I thought  I still have 45 minutes to rest while waiting TGV to Angers, I was totally wrong, I thought  the TGV will direct  PARIS NORD  to Angers.. but the fact  I had to run with my all staff to MONTPARNASEE, I caught the subway  line no 4 that led MONTPARNASEE , many times I noticed  the hands  in my watch, at 18:30 I arrive at MONTPARNASEE, I followed the directions to the station sign SCNF, gossth,  I had to run and climb the escalator with 2 big suitcases  ...., ohh .. my hand  strong were shaking to when lifted the weight of my bag, but I forced so that I can catch the TGV to Angers 18:45. On the second floor of La Gare MONTPARNASEE I saw the board of directions, it turned out that the TGV to Nantes via ST-Laud Anger at Voie 3 .... hurryyyy  my time 2 minutes left. Hupp.. exactly 1 minute I was in front of the TGV, directly I lift up my big suitcase into the voiture (the platform). Alhamdulliah ... .. I wiped out  the sweat “looks like corn”  from my  forehead and my neck ....
20:30 pm sharp .... The sun had long gone .... Jet leg, hungry, sleepy blended together ... finally arrived in Anger St-Laud, while waiting for Cedric (friend from Indonesia), I call Mme MC. Bonneau. She  was advised to immediately go to the A la Cite Universitaire in Belle-beille ... wow where is it?. Fortunately, in few minute after, Cedric came, he accepted my request to see dormitory first, at the Belle-beille, I was surprised to see a small room measuring 9m ² that would be where I lived for 3 years ... .. Especially the toilets and shower size 1/2m ² (so it can stand up shower only). Almost similar to my cabin while on a cruise ship seven years ago .... I accepted an offer from Cedric to stay 1-2 days in his Apartment advance.

Interesting Place  in Angers
First and second day, I stayed at  Cedric’s  Apartment, while adapting and sight seeing down-town of Angers, a small town which became the capital of Maine et Loire is located 300km southwest of Paris. with a population of ± 157,000, and  283,000 live in urban areas. Local residents known as "Angervin"
The city is very famous as a producer of fruits such as Apple and Pear, while also as a producer of fresh cut flowers. There are many attractions to visit around the city such as;

Chateau d'Angers
Actual chateau had stood since the roman inhabit this area, because of its strategic positioning, however since Philip II conquered this region, he built a large chateau in the early part of the 13th century by his grandson, Louis IX ("Saint Louis").
Chateau d'Angers
Chateau d'Angers looks very sturdy and stately, with an area of ​​600 m (2,000 ft), which is surrounded by huge walls and 17 towers, each of the 40m high but cut after for the use of artillery, the Tour du Moulin is the only tower preserved with original height , chateau wall covering 6.17 acres (25,000 m²). Two pairs of the tower side of the main entrance. From the front of the chateau we can look to freely look at over side  the river "La Maine" includes interesting  buildings  such as; Le Quai des Art Forum Vivants,  Eglise de la Trinite,  Musee Jean Lurcatet. And  Pont de Verdum  the main bridge separating the two parts of this city.
Cathedral St.Maurice
Cathedral St.Maurice
Cathedral of Angers located in heart of the city and only a few hundred yards from the Chateau d'Angers, the Church was built on the initiative of the pastor Normand de Doué and Guillaume de Beaumont, in the year 1032. Church with Gothique architecture is very easily recognizable of the two high tower (90.47 m) looming, it may become the tallest building in the city of Angers. And further down we will see ''esplanade du Ligny port'' a beautiful water fountain located just side the river la Maine.
Esplanade du Ligny port

 Maison d'Adam, Adam's
Just behind the cathedral we can see The House of Adam, also known as the home of Adam and Eve and the Tree of Life, is a half-timber house, which is the intersection of the road Montault Place Sainte-Croix in the heart of Angers, this building is the testimony of medieval architectural heritage still exist today, since it was built around the year 1500. We can also see some similar buildings in the Rue de l'Oisellerie.
Maison d'Adam

Place Raillement

Place Raillemment
La Place du Ralliement is a place becomes a meeting point  for almost all of everyday society Angers, a large field of cement and stood right in front of “The Grand Theater”  magnificent building, which is also often the Galerie d'exposition, still around La place du Ralleiment, one can find famous  shopping centre and the largest galleries  in Angers namely Lafayette, and several other boutique such as: Tati, Nature et Découvertes, Bata, Fnac, Eveil & Jeux, Eram, and also several cafés and restaurants


City Without “Traffic jam”  and without knowing  Late ''Jam Karet”
Contrary to Jakarta, which must be stressful every day  to face traffic jam and pollution from vehicle exhaust fumes. In this city, the traffic is very orderly and very minimal vehicle produce a weight of lead waste, addition of people prefer to use public transport, from buses and trams are very comfortable and integrated, the Irigo company which is a subsidiary Keolis, became the only transportation company  in this city very  prioritize security and convenience services.

Tram "Irigo"
All modes of transport are highly integrated, and the arrival and departure schedules posting in every bus stop / tram and so ''on time''.  Even if its late no more than  2minutes! It very contradictive in Indonesia that could be late more than 1 hour
Cycle at  Place Raillement
There are 13 bus lines that serve the traffic within the city, and 12 lines  that connect with the suburb city of Angers areas, bus and tram operates from dawn to midnight. A one-way ticket costs 1.40 E, which is valid for 1.5 hours, but if you use your subscription tickets just pay 38E per month and can be use as much as you want.
It is very good example and enviable is the support provided by local government town of Angers, to encourage pollution-free transportation, “bicycling”. It can be seen from the bike rental facilities are ''free of charge'', So don’t be surprised if you'll see a lot of people using bicycle on the streets, not only that, a special track for bike is very orderly and neat  along the main streets in the city of Angers .


Students City
In the city of Angers there are ± 26,000 people students derived partly outside cities Angers, they studied at two major universities, namely the Catholic University, (Université Catholique de L'Ouest ) and Universite d’Angers, It also has some upper secondary schools (lycées).
Class Amphitheater in Univ d'Angers
So do not be surprised if Friday afternoon you’ll see so many students who went to campus with carrying large suitcases, so that after college they will immediately go to the train station, for a vacation or go to nearby towns. I was asked to one of the students who carry large suitcases while returning from his hometown .. "it’s huge suitcase, right off just two days (Saturday-Sunday)?" The answer is very common sense for boarding student, "the contents of this bag is dirty clothes to be washed at home, and returned to the dorm had clean clothes "

Used Market
My hobby to know a new place, made me interest to see the traditional markets. In Angers, a traditional market place it pleasure to spend a week end. Moreover, cleanliness and variety of colorful wares directly attacking the eye and invites our curiosity. Located in the center town of Angers, Le Grand Marché du Centre-Ville (Leclerc place, place Imbach)
Used Things
The markets here are very organized and grouped in the category of goods on offer ranging from groups of vegetables and fruit, clothing and textile group, meat group, dairy (milk, cheese, yoghurt) and fish as well as seafood. And most impressive is the group used goods. All stalls only open to regular tarps or even without a roof. I visited a traditional market every Saturday this is the greatest market of the other traditional markets in Angers - Loire dept (district level). There, the merchants simply hold and show his wares in a large field Imbach Place and Place Lecrec is right in the center of Angers ..
This traditional market, do not expect to buy snacks or chps, which can eat while shopping in markets like Indonesia. Here don’t know junk food, if any fast food is “kebab”, the rest just “Banquette” (clubs bread A'la France) sandwich. In addition to all foodstuffs, as usual, the traditional market is also a place to sell clothing items, stuff the body and skin health, and of course the beauty.
Add caption
And the most interesting for me was visiting the market that offer used goods, (so remember the flea market in Park Puring-Jakarta) here sold a variety of items, ranging from used books, used kitchen equipment, agricultural equipment, clothing, CD / DVD / turn-tables, tables, chairs  to antiques ... So do not be surprised if here is a collection of thrift could cost ranging from 1  to 500
Don’t get angry if witnessing a fierce style of French seller and aloof. Their principles "Take or leave it" For example: when we're busy selecting and fondle the goods, when we ask the price, the seller suddenly busy talking with his friend, we will be in the cool-ins, very different from the traditional markets in Indonesia the seller chuckled, even sometimes laced with crap ... while offering his wares.

Sunday - Monday, Close Stores!
Eram Boutique
It sounds a bit strange, but it happen, every Sunday (mostly all the shops) around the town of Angers,  is closed, very unlike in Indonesia, where Sunday is the day that awaited by the shopkeepers, because Sunday is usually the number of buyers more and more. Neither by Monday, only a few shops are open, but luckily the stores that sell food only closed Sundays only.
One more don’t be surprised if you will be denied visiting the stores or banks, when meals arrived (at 12.00) you will be asked to wait until after lunch time, 14:00 hours (1 hour longer than the in Indonesia).

Kamis, 19 Januari 2012

Tours (Part 2.....abissss)

Place Plumareau - Tours

Setelah melihat Pont Wilson, di depan tampak bangunan Amphi Universite Francois Rebelais, satu-satunya universitas negeri di kota Tour. Universitas yang didirikan tahun 1969  ini memiliki 22.000an mahasiswa yang belajar di 10 fakultas yang dimilikinya, seperti; UFR d’arts et de sciences humaines,UFR de droit, d’économie et des sciences sociales,UFR d’études supérieurs de la Renaissance, Institut universitaire de technologie de Tours, Institut universitaire de technologie de Blois, UFR de médecine, UFR de sciences et techniques, UFR de sciences pharmaceutiques, UFR de lettres et langues, École polytechnique de l’université de Tours. Jadi jangan heran kalau 20% dari penduduk Tours, adalah pelajar.[1]

Place Plamereau & Basilique St.Martin
Berdasarkan info yang aku baca dari internet bahwa di Tours juga memiliki rumah-rumah tua dari zaman renaissance (abad 14-15) yang dikenal dengan ‘’Place Plamereau’’. Tak jauh beda dengan  ‘’Place des Lices’’ di Rennes (baca : RENNES ibukota Brittagne, France), tempat  ini dikelilingi oleh bangunan bangunan-bangunan tua yang berasal dari abad ke 16 dengan arsitektur Medieval dengan kayu sebagai tulang bangunanya dan juga menjadi pusat berkumpulnya kaum muda-mudi di kota Tours,
Place Plamereau -Tours
Masih juga disekitar Place Plamerau, yang dikenal sebagai ‘’old town’’ kota Tours, aku juga sempat mengambil beberapa gambar Basilique St.Martin  sebuah basilique  Romawi, yang hancur selama Revolusi, dibangun kembali antara 1886 - 1924 dengan gaya neo-Bizantium oleh arsitek Victor Laloux  dan Pierre Fritel. Sedang dekorasi dalamnya  dilukis oleh  Adrien Lavieille, putra  dari Eugene Lavieille[2]

Basilique St.Martin
Thomas Guillemin, menelpon lagi, menanyakan kapan aku ingin dijemput olehnya, aku minta waktu sampai jam 15.00, karena rasanya belum puas aku mengililingi kota Tours, Selesai berkeliling seluruh kota tua, termasuk mengunjungi seluruh toko-toko unik yang berada disekitarnya. Aku kembali lagi kearah Place Jean Jaures, tapi kali ini yang membuatku tertarik adalah penampilan pengamen (para mahasiswa/i) di Rue Nationale yang memainkan berbagai alat musik tiup (Flute, Trombone,Trompet) yang sangat menghibur, ditambah lagi dengan gaya mereka yang lucu. Tak heran banyak sekali penontonnya…
Para Pengamen (mahasiswa lho...)
Tak sadar waktu sudah 14.30,  segera aku menuju La Gare untuk bertemu Thomas. Laki-laki yang sama tingginya denganku, sangat ramah sekali, tak salah jika di Couchsurfing ia banyak sekali mendapat avis positif. apalagi ia fasih berbahasa 3 bahasa (Perancis, Spayol dan Inggris) membuatnya mudah bergaul dengan siapa saja. Penampilan Thomas sangat unik apalagi ia selalu mengunnakan “Long Board” (semacam Skater).
Thomas G
Femme au Journal 1999
‘’You want Free Souvenir ?’’ Thomas menawarkan untuk melihat pameran photo Michel Francois yang diadakan di  Centre de Creation Comptemporaine – Tours[3]. Dimana kami bisa mengambil salah satu reproduksi photo dari pameran tersebut. Menarik sekali menyaksikan photo-photo comtemporer yang dipajang, tapi ada yang sangat menarik perhatianku, sebuah photo dengan judul ‘’Femme au Journal 1999’’, yang berisi perempuan berkerudung yang menutupi mukanya dengan koran..hebatnya koran tersebut adalah Koran KOMPAS….berarti photo itu diambil di Indonesia!!!!!! (sekarang gambar itu terpampang besar  menghiasi studioku)
Femme au Journal 1999
Sebelum ke rumah Thomas,  kami masih sempat mengunjungi Musee Beau-Arts, Theathre du Tours, dan Les Murs des Amoreaux (Dinding Cinta). Kata thomas disini banyak para muda-mudi datang untuk memanjatkan do’a agar hubungan (cinta) mereka abadi….gombal!!
Les Murs des Amoreaux
Dalam perjalanan pulang ke rumah, kami banyak berbagi pengalaman dan hobby kami, ternyata Thomas sangat menyukai makanan Asia, selain itu juga ia hobby masak, klop….aku tawarkan untuk memasak masakan Indonesia di rumahnya..dan dia sangat senang sekali.
Sesampai dirumah, Thomas segera menunjukkan tempat tidurku, dan ia menunjukkan koleksi bumbu-bumbu yang ia miliki….hebat!!! ia punya semua bumbu (herbs & Spices) mulai dari Jahe, Lada, Pala, Cengkeh, bahkan Kemiri…. sehingga aku tidak kerepotan untuk menetukan masakan apa yang akan aku buat besok.
 Les Voluer  de Swing
Les Voluer  de Swing
Malam ini kami akan menyaksikan konser Les Voluer  de Swing, (grup musik Perancis yang membawa aliran jazz, gipsi, hiphop)  tapi sebelumnya kami pergi ke Casino Supermarket dulu untuk membeli beberapa bahan makanan yang akan aku masak besok.
Aku dikenalkan dengan Natalie (co-locatiere), Sonya dan David.yang juga akan menyaksikan konser. Jam 20.00 kami berangkat ke tempat pertujukan, dengan mengendarai sedan Renault biru milik Natalie. Saat tiba di gedung pertunjukkan, sudah banyak pengunjung yang datang dari berbagai umur, mulai dari remaja, dewasa hingga orang tua.
Les Voluer  de Swing
Tepat jam 21.00 Show dimulai, awalnya aku tak mengerti jenis musik yang mereka mainkan, tapi setelah 2 lagu, aku sudah bisa mulai menikmati walau terus terang, sedikit sekali kosakata dari lyric mereka, yang kumengerti…tapi gaya dan cara bicara mereka sangat menghibur…sehingga penonton ikut tertawa dan bernyanyi bersama.
Show berakhir jam 24.00, udara di luar grhgrrrrrrrrr dingin sekali, saat mobil Natalie dinyalakan, kulihat penunjuk temperature menunjukkan angka -3°C, bisa mati beku……..
Teman-teman Thomas
Bangun pagi (tepatnya menjelang siang…jam 10)…aku mulai mempersiapkan bahan-bahan yang akan aku masak… ‘’Sop Ayam dan Bakwan Sayur’’, menjadi menu makan siang hari ini, tak lama Thomas bangun, ia sangat tertarik untuk belajar masakan Indonesia, sibuk ia membantu menyiapkan bumbu-bumbu…
Tepat jam 12.00 makanan siap.. Alhamdulillah Thomas dan teman-teman nya sangat menyukai makanan yang kubuat… khususnya “Galette des Legumes” sebutan mereka untuk ‘’Bakwan’’ ha..ha..ha…
Jam 15.00 aku berpamitan. Thomas mengantarku ke La Gare, tak lama menunggu, mobil Ford Fiesta hitam milik Camillie G (covoiture) menjemputku untuk kembali ke Angers. Sungguh pengalaman yang mengesankan…..Thanks Covoiturage.fr dan Couchsurfing.org


[1] www.univ-tours.fr/
[2] http://fr.wikipedia.org/wiki/Basilique_Saint-Martin_de_Tours
[3] www.ccc-art.com

Selasa, 17 Januari 2012

Jalan-jalan di Tours (Part 1)



Hotel de Ville -Tours
Sabtu, 14 Januari 2012
Perjalanan kali ini aku mulai agak pagi karena aku ingin menghabiskan seharian penuh untuk mengelilingi objek-objek wisata yang menarik di TOURS, sebuah kota yang berada di dipingir dua sungai besar Cher di selatan dan Loire di utara, namun sungai Loire menjadi salah satu sungai yang sangat terkenal terkenal di Perancis, dengan panjang 1,012 kilometres (629 mi), yang melintasi 5 region di Perancis seluas 17,054 km2 (45,195 sq mi), dan menjadi sungai ke 170 terpanjang di dunia. Hilirnya adalah Cévennes di  Ardèche départementat 1,350 m (4,430 ft) dekat gunung Gerbier de Jonc, dan hulunya adalah teluk Biscay di St Nazaire.[1]
Selesai merapikan kamar dan mencuci beberapa pakaian yang kotor, serta menikmati sarapan pagi “Mie Goreng” aku segera menuju La Gare St. Laud-Angers, karena berjanji dengan Aurelie, teman baruku yang memberi tumpangan  (covoiturage) ke Tours. Tadi malam dia mengirim sms dan email lagi untuk memintaku datang lebih awal 15 menit dari janji sebelumnya (jam 10) sehingga aku harus berangkat lebih awal dari Einstein agar sampai di la gare jam 09.45. Perjalan kali ini aku tidak mempersiapkan bekal makan siang, aku hanya menyiapkan 1 buah apel dan 2 potong roti. Cukuplah untuk menganjal perutku sampai sore nanti, apalagi sarapan pagiku rasanya sudah lumayan besar porsinya.
Jam 09.45 aku sudah berada di depan La Gare, ya ampun udara pagi ini dingin sekali, kaki dan tanganku serasa kaku, padahal aku sudah mengenakan sarung tangan, jaket+ tutup kepala, dan kaos panjang 3 lapis, tetap saja udara dingin mengigit, dalam tram tadi sempat kulihat bahwa suhu hari ini adalah -3°C, setiap kali aku mengeluarkan napas, nampak seperti orang merokok kretek..asapnya mengepul…hrggggggg dinginnnnn

Seorang perempuang tinggi langsing dengan rambut ikalnya muncul dari mobil Renault Clio biru muda, ya dialah Aurile, ramah sekali dia menyambutku..sambil membukakan pintu ia menginfokan bahwa kami harus menjemput  Zakaria, seorang penumpang lain di dekat Pont de Verdum. Setelah bertemu Zakaria, kami langsung melanjutkan perjalanan ke Tours, perjalanan sepanjang 1 jam 30 menit itu, kami isi dengan bertukar pengalaman dan informasi tentang pekerjaan, hobby dan hal-hal lain yang menarik. Ternyata Aurile adalah seorang mahasiswi Universite Catholic d'Angers yang kuliah di jurusan Psycologie dan dia sudah pernah ke Bali, (ha..ha..aneh, dia bilang belum pernah ke Indonesia, tapi kalau ke Bali sudah!!!!) sedang Zakaria adalah seorang mahasiswa Ecole d’Angers yang mengambil jurusan tehnik Aerodinamic, wuih...seru ceritanya…dan yang lebih membuatku gembira ternyata Zakaria adalah seorang muslim asal Maroko, (padahal tampangnya jauh dari muka arab) Alhamdulillah. Aku dan Zakaria di “drop” di depan Pont Wilson, salah satu ikon kota Tours. Zakaria langsung menuju ke seberang jembatan, karena ia tinggal disana, sedang aku langsung menuju ke pusat kota.. Sambil menyusuri Rue Nationale, kulihat banyak pertokoan yang menawarkan “Soldes” .

Place Jean Jeures dan Hotel de Ville
Place Jean Jaures
Udara dingin di jalanan ini membuatku harus mencari toilet umum, tujuan utamaku adalah La Gare karena biasanyanya WCnya lebih bersih. Sambil mengikuti petunjuk jalan ke Gare SNCF, aku melintasi Place de Jean Jaures, Tempat yang menjadi jantung kota Tours ini  diihiasi  2 taman air mancur dan tepat didepan Hotel de Ville (1745) dan Palais de Justice (1843) yang menjadi maskot kota dan yang paling banyak menjadi objek photo para wisatawan yang datang. Bangunan besar yang berfungsi sebagai balaikota ini.
Palais de Justice
La Gare  Tours
La Gare - Tours
Bangunan dengan tua yang berornamen menarik ini menjadi stasiun utama kereta di departemen Indre-et-Loire yang terletak di pusat kota Tours, Namun interior dalamnya sedang di renovasi besar-besaran. Bangunan ini dibangun antara 1896-1898 dengan arsitek Victor Laloux Touraine. Saat ini SNCF mengoperasikan kereta TGV dan maupun TER dari station ini baik sebagai stasiun awal maupun stasiun transit ke kota-kota lainnya seperti Orleans, Le Mans, Angers, Nantes, dll.
La Gare - Tours
Ehm akhirnya kutemukan juga toilet bersih…..dan ugh..lega rasanya setelah ke toilet, aku masih sempat membeli secangkir coklat hangat di La Gare, sekadar untuk menghangatkan tubuh. Tepat di depan La gare aku sempat mampir ke Pusat Informasi pariwisata Tours, sambil mencari peta kota dan melihat-lihat souvenir.

Cathedrale St.Gatien

Catherdale St.Gatien
Hampir di setiap kota yang pernah aku kunjungi, cathedrale menjadi tempat yang menarik untuk dijadikan objek photo. Begitu juga dengan Cathedrale St.Gatien yang dibangun tahun 1170 dan 1547 dengan arsitektur « gothic » dan dua menara yang menjulang tinggi (±70m) menambah megah dan agungnya cathedral ini. Karena waktuku yang terbatas (Thomas, temanku akan menjemputku di La gare jam 14.00) aku tak masuk kedalam Cathedral, namun langsung menuju Musee des Beaux-Arts, yang berada tepat disampingnya…

Musee des Beaux-Arts
Pohon Cedar Raksasa
Dihalaman depan Musee des Beaux-Arts aku disambut oleh pohon ‘’CEDAR’’ raksasa, yang besar sekali…umurnya sudah ratusan tahun..
Musee des Beaux-Arts
Masih juga di halaman Musee des Beaux-Arts, aku melihat kebun bunga besar, sayang aku datang dimusim dingin sehingga tidak ada bunga yang muncul. Selseai mengambil beberapa photo, perjalanan kulanjutkan menyusuri rue lavoiser.

Château de Tours dan Pont de St. Symphorien - Tours
Chateau de Tours
Diujung jalan kulihat ada sebuha bangunan yang menurut peta kota bangunan itu adalah Château de Tours, bangunannya tak tampak besar dan mengah seperti layaknya château-château yang pernah aku lihat, mungkin hanya sebagai tempat persingahan, karena ada château-château besar lainnya yang berada  dikota-kota dekat dengan Tours (Chambord dan Villandry)
Avenue Andre Malreaux
Sampai tahun 2000 Chateau de  Tours digunakan sebagai Aquarium, yang memamerkan 1.500 spesies ikan  dan patung-patung lilin.  Saat ini menjadi tempat pameran kontemporer (Joan Miró, Daniel Buren, Nadar ...) dan museum  Sejarah Touraine, catatan arkeologi, model historis, audio-visual pada sejarah kota Tours.
Pont de St. Symphorien

Tepat didepan Chateau de Tours  yang dipisahkan oleh Avenue Andre Malreaux, mengalir sungal Loire yang terkenal itu, dan nampak jembatan gantung, namanya Pont de St. Symphorien, jembatan ini hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki dan kendaraan beroda dua (sepeda & motor),  yang menghubungkan pulau kecil ‘’Ile Aucard’’ yang berada  di tengah sungai de Loire dan daerah St Cry sur Loire diseberang sungai.

Pont Wilson dan Tours American Monument
Pont Wilson adalah  jembatan tertua di Tours yang dibangun antara 1765 - 1778. Ini terdiri dari 15 lengkungan, 434 kaki panjang dan melintasi  Sungai Loire. Orang-orang  Touraine memanggilnya " "Pont de pierre" ( Jembatan Batu)[2]. Yang mengantikan ‘’Pont l’Eudes’’ yang rusak di abad ke XI.
Pont Wilson

Sambil berjalan menyusuri sungai de Loire, terlihat  sebuah taman kecil dengan patung ditengahnya yang tak jauh dari Pont de Wilson, Tours American Monument  terdiri dari air mancur dari batu putih dengan patung seorang Indian Amerika memegang elang disepuh emas. Monumen yang dibangun untuk mengingat 650.000 tentara Amerika yang tewas  selama Perang Dunia I[3]

Tour American Monument







[1] http://en.wikipedia.org/wiki/Loire_%28river%29
[2] http://fr.wikipedia.org/wiki/Pont_Wilson_%28Tours%29
[3] http://www.abmc.gov/memorials/memorials/tr.php