Place de Bourge - Bordeaux |
Sepanjang perjalanan menuju Bordeaux, dalam bahasa Inggris dan Perancis, Aku
dan Sébastian berbagi cerita banyak tentang aktifitas pekerjaan masing-masing,
ternyata Sébastian akan pulang ke rumah orang tuannya di kota Perpignan ( arah
selatan kota Toulouse) untuk merayakan Natal dan Tahun Baru. Setelah 2 jam
perjalanan akhirnya kami tiba di depan La
Gare St. Jean-Bordeaux tepat jam 16.00, karena disini pula penumpang lain (pengantiku)
akan menjumpai Sébastian, untuk perjalanan Bordeaux-Toulouse.
La Gare St. Jean-Bordeaux |
Saat di La Rochelle tadi aku sudah menghubungi Jojo (PPI Bordeaux) untuk
memastikan tempat bermalamku disini. Masih ada 2 jam untuk meng « explore » kota Boredeaux sebelum bertemu dengan Jojo jam
18.00.
Place de Bourge |
Sesuai arahan Jojo, aku menaiki
Tram C, ke arah pusat kota. Sepanjang jalan sudah terlihat keramaian menjelang
malam natal di Ibukota Province Aquitaine
ini, begitu juga dengan bagunan-bangunan yang
memanjang menghadap kearah sungai La Garonne yang membelah kota
Bordeaux. Place de Bourge, menjadi
tempat pemberhentianku. Place de Bourge inilah yang menjadi lanscape kota Bordeaux,
apalagi tepat disebrangnya terdapat Miroir
d’Eau yang memberi efek banyangan photo seakan-akan bangunan ini berada diatas
awan.
Miroir d’Eau |
Perutku mulai lapar, sarapan pagi
di tempat bang Hengky tadi, ternyata sudah habis diolah cacing-cacing dalam
perutku… Tadi, saat TRAM melintas di Porte
de Bourgogne aku sempat melihat beberapa toko yang buka, kuputuskan untuk
kembali menyusuri jalan menuju ke Porte De Bourgogne, sebelum sampai disana, beberapa shoot photo
aku arahkan ke Porte Cailhali yang
berada tak jauh dari Bordeaux Monumental.
Setelah berbelanja dan menikmati
sepotong ayam panggang + 3 potong sandwich di salah satu toko
muslim, membuat perutku kembali tenang. Tak
jauh dari toko itu berdiri megah Porte de
Bourgogne yang bentuknya sepintas mirip Arc
de Triomphe di Paris.
Porte Cailhali |
Dari jauh terlihat menara
menjulang yang aku yakin pasti salah satu Cathedral atau L’Eglise, benar saja
tak jauh dari Porte de Bourgogne terdapat L’eglise
St. Michel. Uniknya gereja besar ini berada dikawasan muslim kota
Bordeaux, bahkan disekitarnya berjejer toko-toko yang menjajakan berbagai
makanan dan kebutuhan bagi orang-orang magreb (Maroko, Tunisia, Aljazair,
Mesir, dll)
L’eglise St. Michel |
Sambil menyusuri Place du Duburg, aku kembali lagi di
depan Porte de Bourgogne, dan menyebrangi Place
Bir Hakeim, untuk melihat salah satu jembatan legendaris yang dibuat pada
saat Napoleon berkuasa, Pont (Jembatan)
de Pierre yang membelah Sungai La Garonne (sungai nomor tiga terbesar
di Perancis). Pemandangan sepanjang pinggir sungai ini cukup menarik, penuh
dengan orang-orang yang berlalu-lalang menghabiskan waktu, baik dengan keluarga
maupun dengan kerabat. Akhirnya aku
berhenti di depan Esplanade de Quinconces,
yang didepannya berdiri dua menara megah.
Pont de Pierre di Siang Hari |
Pont de Pierre di Malam Hari |
Esplanade de Quinconces |
Jam sudah menujukkan pukul 18.00, akhirnya kuputuskan untuk menunggu Jojo
di depan Place du Bourge, sambil menunggu beberapa
gambar kuabadikan di depan komplek gedung megah ini. Tak Lama Jojo datang
bersama Susy dan Firman (Licence di Université Bordeaux 3). Firman yang sudah
setahun lebih tinggal di Bordeaux menjadi Guide kami, apalagi ia tinggal
dirumah M.Michel (seorang Guide Perancis)
Suasana pinggir Sunga La Garonne |
Rute yang tadi aku sudah lalui, kembali kami lewati lagi, tapi kali ini
tujuannya untuk melihat Musée d’Aquitaine,
dilanjutkan menyusuri jalan komersial terpanjang di Perancis Rue Ste. Catherine.
Grosse Cloche |
Rue Ste. Catherine sangat terkenal, karena sepanjang 2 km jalan ini menjadi
pusat perbelanjaan di Bordeaux. Disalah satu ujungnya Place de la Victoire, berdiri megah Porte d’aquitaine, dan tak jauh dari situ juga nampak kampus Université Bordeaux II.
"Narsis" depan kampus orang |
Berjalan ke arah ujung yang berlawanan dari Rue Ste. Catherine tak
membosankan, karena sepanjang jalan penuh beraneka ragam toko-toko, mulai dari
Galeries la Fayette, H & M, Zara, Levis, Gucci hingga boutique-boutique
pakaian khas arab. Akhirnya kami sampai diujung Rue Ste. Catherine di
depan Grand Theatre disini kami
akhiri perjalanan malam ini, kuku kakiku
kaku-kaku waktunya istirahat.
Susy, Firman dan Jojo di depan Grand Theatre |
Malam ini aku menginap di tempat Firman, yang tinggal di Famille d’accueil,
jadi agak luas kamarnya. Saat tiba di rumah kediaman M. Michel (tempatnya
Firman) nuansa Asia terasa sekali, karena ternyata sebelum pensiun Michel
adalah seorang Guide orang-orang Perancis yang traveling ke Asia, khususnya Asia
Tengah, Birma, Thailand, Laos, dll. Menurut Firman, Michel sendiri sudah
berulang kali ke Indonesia…..pantas dirumahnya banyak sekali pernak-pernik
asia.
Suasana "Rumah"-nya Firman |
Dengan meminjam komputer Firman, aku segera mengkonfirmasi Stiti, covoiturage-ku kembali ke La Rochelle, syukur aku
mendapatkan kepastian kalau besok ia akan menemuiku jam 12.10 di dekat Arrêt
Tram ‘’Laurier’’. Tenang…. apalagi makan malam kali ini menikmati ayam gule,
buatan Susy… Mak nyusss.
Rue Ste. Catherine |
Depan Hotel de Bordeaux |
Pagi menjelang siang, Firman dan Susy mengantarku ke Arrêt Tram
‘’Laurier’’, Kami berhenti di Centre ville untuk sekedar melihat suasana Cathédrale St. Andre, Rue Ste. Catherine
dan Monument aux Girondins.
Perjalanan kembali ke La Rochelle, bersama Stiti (seorang mahasiswa
doctoral jurusan biomolécule di Université Toulouse) dan 3 orang penumpang
lainnya, di mobil Opel Corsa kecil sekali
rasanya. Jam 14.00 kami diturunkan di Commercial Baulieu,
dipingiran kota La Rochelle, namun akses
kekota cukup dengan menumpang bus yang berhenti tepat depan Super U Magasin.
Bus berhenti di Place du Verdun. Masih ada sekitar 2 jam sebelum kepulanganku
ke Angers, kusempatkan untuk kembali mengelilingi kota tua La Rochelle
sekaligus mencari souvenir kecil sebagai kenang-kenangan. Jam 16.10 Aku bertemu
dengan M. Martine yang akan membawaku kembali ke Angers.
Merci Mes amis a Bordeaux