Pedalang "Cilik" |
Angers, 6 Juni 2012, Setelah pertemuan semalam antara
PPI Angers dengan Prof, DR, Syafsir Akhlus,
M.Sc., Atase Pendidikan KBRI Perancis, Pagi ini kami kembali menemani beliau dan stafnya Ibu Saraswati Wardhany, untuk mengunjungi salah
satu galeri music etnis yang ada di kota Angers.
Suasana makan malam bersama PPI Angers & Atase Pendidikan KBRI-Perancis |
Sesuai dengan kesepakatan kami
akan bertemu jam 09.30 di depan La Gare
St.Laud Angers, karena Galeri Sonore yang akan kami kunjungi tak
jauh letaknya dari sana.
Lokasi Galeri Sonore |
Hanya sebagian saja dari
temen-teman PPI-Angers yang bisa pergi hari ini, karena yang lain sibuk dengan
bimbingan dan persiapan Thesis
mereka. Dengan menyusuri Rue de Letanduere dan rue Evain, akhirnya kami sampai di
sebuah taman Parc du Pin. Taman
yang berada di tengah pemukiman padat ini mirip dengan hutan kecil dengan
pohon-pohon besar yang umurnya mungkin sudah beratus-ratus tahun, dengan
tanaman semak-semak yang berbunga harum semerbak. Ditengahnya berdiri kokoh
bangunan megah mirip Château yang selama ini aku sering lihat, namun ukurannya
lebih kecil. Dikiri-kananya nampak Play-grounds
yang penuh dengan anak-anak.
Chateau du Pin/Galeri Sonore |
Tak lama kami sudah disambut oleh
M.Kalak BEN AZZOUZ, directour dan Guy
CHAPET President Galerie Sonore. Dengan penjelasan singkat tentang Galerie
Sonore ini yang ternyata merupakan Pusat Penelitian Nasional Metode Pendidikan (Centre National de Recherché Pedagogique),
selanjutnya kami diajak masuk kedalam Mini Chateau yang ternyata juga sebagai
Museum alat music etnik dari seluruh dunia.
Calon Pedalang-pedalang "Internasional" |
Diruangan pertama kami sale de typologie ditunjukkan
berbagai alat music gesek yang menggunakan senar, baik yang dipetik maupun yang
digesek, bahkan dia sempat memperlihatkan sebuah alat music yang dimainkan
dengan cara ditiup dari salah satu suku
di Africa.
Masuk keruangan kedua sale afro-cubaine yang
mengkoleksi semua alat music yang dipukul; gong, lonceng, genta sebagian besar
yang berasal dari wilayah Carribian. O la la… salah satu pojok ruangan kulihat
alat music ANGKLUNG!!!
Angklung Koleksi Galeri Sonore |
Ya alat music Indonesia yang oleh UNESCO dimasukkan ke
dalam daftar representatif budaya takbenda warisan manusia (intangible cultural
heritage of humanity). Lengkap!!!
Diruangan ketiga sale du monde arabe kami diperlihatkan semua alat music tambur
dari wilayah Timur tengah dan Magreb,
beliau juga memperagakan cara penggunaannya, he..he..he.. jadi ingat Marawis.
Gendang-gendang asli dari Afrika |
Masuk keruangan ke empat sale d’Afrique ditampilkan
berbagai jenis alat music gendang, dari Afrika, Asia (Jepang, bahkan Indonesia
juga ada: Bedug)
Barong Bali |
Kami juga diajak untuk melihat
koleksi rahasia mereka yang belum
dipajang. Dalam ruangan penyimpanan ini kami menemukan koleksi berharga yaitu BARONG BALI, lengkap dengan gong Bali. Wowww
bangganya!!!
Tapi ada yang lebih membanggakan lagi saat kami ditunjukkan
ruangan terakhir, yaitu , Salle d’Indonesie sebuah
ruangan besar yang didedikasikan untuk alat kesenian “Indonesia” disini
terdapat 1 set lengkap “Gamelan Jawa” berikut dengan Kelir (Layar) untuk wayang kulit.
Anglung, Gamelan dan Rampak gendang Sunda |
Selesai “Snack Time” dengan
sajian jus, cookies serta buah kurma, M.Kalak
BEN AZZOUZ memperlihatkan sesuatu yang mengejutkan sekaligus membanggakan
kami semua. Kami diajak kembali keruangan Salle d’Indonesie Tadi. Tapi
kali ini kami diajak untuk menikmati permainan dari anak-anak balita yang dengan
senangnya memainkan Gamelan Jawa dan Wayang Kulit…. C’est Magnific!!!!
Muka-muka ceria memainkan music tradisional Indonesia |
Sungguh bangga sekali medapat kabar bahwa music tradisional indonesia juga dilestarikan diperancis. Walaupun mgkn sudah banyak org indonesia yang sudah tidak mau perduli. Terimak atas beritanya ya pak. Mdh2n dg ini kita akan lebih mampu lagi menghargai dan mencintai budaya sendiri. Suses selalu untuk bapak disana...
BalasHapus