Kamis, 07 Juni 2012

Belajar "Gamelan" dan "Wayang" dari anak-anak Perancis???

Pedalang "Cilik"

Angers, 6 Juni 2012, Setelah pertemuan semalam antara PPI Angers dengan Prof, DR, Syafsir Akhlus, M.Sc., Atase Pendidikan KBRI Perancis, Pagi ini kami kembali menemani beliau dan stafnya Ibu  Saraswati Wardhany, untuk mengunjungi salah satu galeri music etnis yang ada di kota Angers.
Suasana makan malam bersama PPI Angers & Atase Pendidikan KBRI-Perancis
Sesuai dengan kesepakatan kami akan bertemu jam 09.30  di depan La Gare St.Laud Angers, karena Galeri Sonore yang akan kami kunjungi tak jauh letaknya dari sana.
Lokasi Galeri Sonore
Hanya sebagian saja dari temen-teman PPI-Angers yang bisa pergi hari ini, karena yang lain sibuk dengan bimbingan dan persiapan Thesis mereka. Dengan menyusuri Rue de Letanduere dan rue Evain, akhirnya kami sampai di sebuah taman Parc du Pin. Taman yang berada di tengah pemukiman padat ini mirip dengan hutan kecil dengan pohon-pohon besar yang umurnya mungkin sudah beratus-ratus tahun, dengan tanaman semak-semak yang berbunga harum semerbak. Ditengahnya berdiri kokoh bangunan megah mirip Château yang selama ini aku sering lihat, namun ukurannya lebih kecil. Dikiri-kananya nampak Play-grounds yang penuh dengan anak-anak.
Chateau du Pin/Galeri Sonore
Tak lama kami sudah disambut oleh M.Kalak BEN AZZOUZ, directour dan Guy CHAPET President Galerie Sonore. Dengan penjelasan singkat tentang Galerie Sonore ini yang ternyata merupakan Pusat Penelitian Nasional Metode Pendidikan (Centre National de Recherché Pedagogique), selanjutnya kami diajak masuk kedalam Mini Chateau yang ternyata juga sebagai Museum alat music etnik dari seluruh dunia. 
Calon Pedalang-pedalang "Internasional"
Diruangan pertama kami sale de typologie ditunjukkan berbagai alat music gesek yang menggunakan senar, baik yang dipetik maupun yang digesek, bahkan dia sempat memperlihatkan sebuah alat music yang dimainkan dengan cara ditiup dari salah satu  suku di Africa. 

Masuk keruangan kedua sale afro-cubaine yang mengkoleksi semua alat music yang dipukul; gong, lonceng, genta sebagian besar yang berasal dari wilayah Carribian. O la la… salah satu pojok ruangan kulihat alat music ANGKLUNG!!! 
Angklung Koleksi Galeri Sonore
Ya alat music Indonesia yang oleh UNESCO dimasukkan ke dalam daftar representatif budaya takbenda warisan manusia (intangible cultural heritage of humanity). Lengkap!!! 

Diruangan ketiga sale du monde arabe  kami diperlihatkan semua alat music tambur dari  wilayah Timur tengah dan Magreb, beliau juga memperagakan cara penggunaannya, he..he..he.. jadi ingat Marawis.
Gendang-gendang asli dari Afrika
Masuk keruangan ke empat sale d’Afrique ditampilkan berbagai jenis alat music gendang, dari Afrika, Asia (Jepang, bahkan Indonesia juga ada: Bedug) 
Barong Bali
Kami juga diajak untuk melihat koleksi rahasia mereka yang belum dipajang. Dalam ruangan penyimpanan ini kami menemukan koleksi berharga yaitu BARONG BALI, lengkap dengan gong Bali. Wowww bangganya!!! 
Tapi ada yang lebih membanggakan lagi saat kami ditunjukkan ruangan terakhir, yaitu , Salle d’Indonesie sebuah ruangan besar yang didedikasikan untuk alat kesenian “Indonesia” disini terdapat 1 set lengkap “Gamelan Jawa” berikut dengan Kelir  (Layar) untuk  wayang kulit.
Anglung, Gamelan dan Rampak gendang Sunda
Selesai “Snack Time” dengan sajian jus, cookies serta buah kurma, M.Kalak BEN AZZOUZ memperlihatkan sesuatu yang mengejutkan sekaligus membanggakan kami semua. Kami diajak kembali keruangan Salle d’Indonesie Tadi. Tapi kali ini kami diajak untuk menikmati permainan dari anak-anak balita yang dengan senangnya memainkan Gamelan Jawa dan Wayang Kulit…. C’est Magnific!!!!

Aku sendiri sempat berbincang dengan sang pelatih, yang ternyata pernah belajar selama 3 tahun khusus tentang Gamelan dan pewayangan di P4TK Yogyakarta.

Muka-muka ceria memainkan music tradisional Indonesia
Bangga, haru  kami menyaksikan mereka, tapi juga khawatir dan cemas, apakah nanti anak-anak Indonesia harus belajar ke Perancis untuk memainkan alat music itu??????, karena sekarang para orang tua lebih bangga, kalau anaknya belajar alat music piano, gitar atau drum , dibanding dengan alat music tradisional, miris…….

1 komentar:

  1. Sungguh bangga sekali medapat kabar bahwa music tradisional indonesia juga dilestarikan diperancis. Walaupun mgkn sudah banyak org indonesia yang sudah tidak mau perduli. Terimak atas beritanya ya pak. Mdh2n dg ini kita akan lebih mampu lagi menghargai dan mencintai budaya sendiri. Suses selalu untuk bapak disana...

    BalasHapus